Hearing Session With Calvin (II)

7.4K 1.3K 62
                                    




Calvin terlihat berpikir. "Lo beneran harus nanya Ayah lo kalau mau tau jawabannya."

"Meskipun itu tuh urusan orang dewasa sebenernya, Al," sambungnya.

"Tapi Vin, gimana kalau ternyata jawabannya ngikut sama aku?"

Aku maunya keputusan Ayah itu memang dari hati dia, bukan karena aku.

"Salah enggak sih Vin, kalau aku minta Ayah mutusin mau balik sama Mama atau enggak tapi jangan mikirin aku?" tanyaku lagi.

Calvin terdiam selama beberapa saat. "Menurut gue enggak bisa."

"Ayah lo itu ibaratnya udah kasih semua hidupnya ke elo Alika. Lo tau gak sih gimana sayangnya dia? Dilihat dari tatapan aja udah keliatan Al, Ayah lo itu sayang banget sama lo, sampai udah gak mau apa-apa lagi selain bikin lo seneng."

Aku mengaduk sundae-ku yang hampir mencair. Semua yang dikatakan Calvin benar, aku juga merasa begitu. Aku beruntung punya Ayah seperti Ayahku saat ini. Bahkan kalau aku terlahir lagi di dunia, aku mau tetap Ayah yang jadi ayahku.

"Jangan heran kalau besok-besok Om Satya bilang kalau lo itu center of universe dia."

"Aku juga mau ayah punya kehidupannya Vin," lirih pelan.

"Maksud aku... Aku mau dia enggak terpaku sama aku. Aku tau kok selama ini ayah selalu menjadikan aku seperti dunianya, semuanya karena aku. Kali ini aku pengen Ayah beneran kasih keputusan yang bukan karena aku, tapi memang karena dia sendiri."

"Aku kasian juga sama Mama, aku takut dia terlalu berharap sama Ayah. Meskipun aku pernah sakit sama dia, ternyata aku enggak bisa membenci dia terlalu lama."

"Susah Alika, buat Om Satya bikin keputusan tanpa mempertimbangkan lo di sana. Orangtua tuh pikirannya beda sama kita. Apalagi itu Om Satya yang sayang banget sama anaknya. Impossible banget dia enggak mempertimbangkan lo."

Calvin menghembuskan nafas kasar, "Menurut gue, wajar buat orangtua yang sayang sama anaknya kayak gitu. Dia bakalan jadiin anaknya pertimbangan disetiap keputusan dan pilihan dia. Gausah jauh-jauh, Papa gue juga gitu. Inget dulu waktu Mama lagi ke rumah saudaranya yang ada di Bali? Di rumah cuma ada gue sama Papa, dan di hari ke 2 mama pergi gue tiba-tiba diare. Apa yang papa lakuin? Dia batalin meetingnya yang kata mama nilainya ratusan juta demi nungguin aku di rumah. Dan lagi, ketika Kakek mau ambil aku karena Papa enggak mau take over bisnis kakek? Akhirnya papa mau ambil alih bisnis kakek demi aku. Dia gak mau ngelepas kontrol atas anaknya. Ya mungkin kasus kita beda Al, tapi intinya sama. Orangtua kita sama-sama sayang sama kita, mereka rela lakuin apapun demi kita," ujar Calvin panjang.

Aku menatap Calvin dengan tatapan sayu. Aku bingung sendiri sekarang.

"Al, percaya deh apapun keputusan Om Satya itu pasti yang terbaik. Sekarang pertanyaan gue ubah, kalau Mama lo balik gimana perasaan lo? Ayah lo mungkin tersakiti, tapi lo jauh tersakiti, maka dari itu Om Satya seolah menggantungkan Mama lo."

"Aku... Aku gatau Vin." Gue menolak menjawab, dan Calvin merespon dengan anggukan kecil.

"Gue kenal lo selama 18 tahun Al. Lo enggak ngomong pun gue tau jawabannya."

Aku yang tadinya menunduk kini kembali menatap Calvin lemas.

"Lo bukan orang yang pendendam Al. Ketika ada temen-temen yang jahatin lo, atau ngomong jelek tentang lo, asal ada kata maaf disitu lo langsung maafin mereka. Lo itu gampang luluh sama kalimat-kalimat semacam itu. Apalagi ini Mama lo Al?" Dia tau semuanya tentang aku. Aku tau, aku enggak bakal bisa bohong sama dia.

"Aku kesel Vin sama aku sendiri. Aku sakit banget sama perlakuan Mama, tapi aku kasian juga sama dia saat ini. Aku bingung, aku enggak tega, aku kesel tapi enggak bisa benci. Lagi-lagi aku enggak tau, apakah aku udah maafin Mama atau belum."

"Berproses Al," ujar Calvin.

"Lo lagi dalam proses buat maafin dia."

Satya and His DaughterWhere stories live. Discover now