Morning Routine

24.3K 3.1K 81
                                    








"Alika, bangun."

Seperti biasa Ayah pasti bangunin aku setelah balik dari masjid.

"Sholat." Lanjutnya sambil ngebuka jendela kamar, sesuatu yang rutin Ayah lakuin kalau habis bangunin aku.

Kapok aku kalau disuruh bangun sholat subuh tapi gak bangun-bangun. Ayah pasti ngomel-ngomel panjang sampai aku berangkat kesekolah.

Jadi kalau udah denger suara Ayah, aku harus cepet-cepet bangun biar gak diomelin.

Habis sholat biasanya aku goleran lagi  nunggu jam setengah enam pagi, baru deh aku mandi. Ayah biasanya habis subuh langsung kedapur buat bikin sarapan. Ayah kalau pagi gak masak kok, paling nyuci buah dan bikin teh atau kopi. Setelah itu biasanya nanti nyapu halaman rumah.

"Dek mau minum teh atau Susu?" Teriaknya dari dapur.

"Mau kopi kayak ayah."

Gak bakal dijawab sama Ayah karena gak boleh. Katanya anak kecil gak boleh minum kopi banyak-banyak. Padahal aku gak sering minum kopi.

Jam enam aku udah rapi, baru aja mau kedapur. Aku lihat Ayah keluar kamar udah ganteng pakai kemeja kerja.

"Wiih gantengnya ayahku." Kataku sambil jalan kedapur.

"Kok Susu yah?"

"Iiih." Aku mendengus.

"Kamarnya udah dirapiin?"

"Udah."

"Handuknya?"

Ayah suka sebel juga nih kalau handuk basah aku masih dikasur. Soalnya kadang aku suka lupa.

"Hehe." Aku lupa.

Ayah menggelengkan kepala.

"Jemur dulu. Nanti tempat tidur kamu basah."

"Jemurin yah." Niatnya bercanda.

"Kamu nyuruh ayah?" Tanyanya dengan nada tegas.

"Hehe enggak jadi yah. Alika bisa sendiri kok."




***





Sambil nungguin Ayah yang masih cuci piring di dalem, aku duduk-duduk diteras rumah sambil liatin kolam ikan. Ayah suka pelihara ikan. Ikannya sekarang udah gemuk-gemuk. Jadi pengen goreng tapi itu ikan mahal.

"Dek nanti pulang sekolah rumahnya disapu ya." Ayah nutup pintu rumah

"Iya."

'Kalau enggak lupa'

Hahaha.

Jadi dirumah tuh enggak ada asisten rumah tangga. Semuanya dibagi dua sama aku. Tapi banyakan Ayah sih yang ngerjain tugas rumah.

Dulu waktu Ayah masih sibuk-sibuknya ada yang bantuin bersih-bersih kok. Tapi sekarang udah enggak.

"Halamannya udah ayah sapu. Tinggal dalem aja yang belum."

Ayahku emang rajin.

Padahal dia bisa lho bayar asisten rumah tangga. Tapi Ayah selalu bilang katanya kalau masih sempet dikerjain sendiri kenapa harus bayar orang. Ayah juga selalu bilang kalau dia sering ngerjain pekerjaan rumah tuh biar aku melek sama kerjaan, jadi Ayah yang kasih contoh.

Tapi kayaknya gak mempan. Soalnya anaknya masih males aja.

"Jemurannya juga jangan lupa diangkatin."

"Iya Ayah."

"Iya-iya, tapi nanti kamu lupa."

"Hehe, enggak janji."

Satya and His DaughterNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ