Jaerend-Calvin

14.3K 2.2K 88
                                    









Habis sholat isya gue tiba-tiba kangen sama Koi-Koi gue. Jadi gue mutusin buat duduk di depan rumah sambil liatin ikan-ikan itu yang badannya gemuk-gemuk. Pantesan Alika gemes dan bilang mau nge-goreng melulu.

"Astaghfirullah bikin kaget deh Ayah!" Pekik Alika yang baru muncul dari gerbang rumah.

Tadi dia bilang mau ke indoapril depan perumahan. Tapi kok pulang-pulang bawa Jaerend juga?

"Hai Pak." Sapanya ikut masuk.

"Pak, numpang nonton bola ya." Lanjutnya ikut masuk kedalam rumah.

Padahal gue belum bilang iya.

"Kenapa nih?" Tanya gue ikutan masuk dan duduk di sofa.

"Al, Om gak dibikin minum nih?"

"Om Jeje mau minum apa?"

"Mau es teh dong."

Gak anak, gak bapak, sama aja. Jaerend sama Calvin memang seleluasa itu keluar masuk rumah gue. Kadang nggak ada apa-apa, mereka bisa tahu-tahu dari luar masuk ke dalem rumah cuma buat minum. Tapi gue juga santai, berarti mereka nyaman dirumah gue.

"Ok, Ayah mau juga enggak?"

"Enggak Dek, nanti Ayah bikin sendiri aja."

"Tadi istri gue marah-marah sama Calvin. Yaudah daripada bikin berisik di rumah gue numpang disini aja."

Gue cuma bisa geleng-geleng. Ini orang bukannya ngademin istrinya, malah kerumah orang.

"Wah makasih sayang. Besok Om kasih uang jajan deh."

Satu nih yang gue suka sama Jaerend dari dulu sampai sekarang,orangnya kalau soal duit gampang banget. Dia tuh kadang suka ngasih Alika uang jajan secara cuma-cuma. Padahal gue udah bilang gausah. Tapi ya dasar anak kecil, sama Alika ya tetep diterima sambil cengar-cengir.

"Assalamualaikum, Om Sat-"

"Papa?" / "Calvin?"

Gue cuma bisa tersenyum miris.

Bapak sama anak udah mirip banget. Dilihat dari postur tubuh, tingkah laku, semua yang ada di Calvin bener-bener nurun dari Jaerend. Gak ada sifat-sifat Putri yang nurun ke Calvin dama sekali.

Ini kalau Putri tau mereka berdua disini, apa enggak disuruh tidur diluar?

Emang bener ya, like father like son.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Jaerend.

Calvin diem sambil ngedeket.

"Heh, Papa tanya, Vin."

"Ya habis Mama marah-marah. Yaudah aku kesini aja."

Enggak ada bedanya kan?

"Balik sana, nanti Mama tambah marah."

"Terus Papa ngapain disini? Bukannya di rumah?"

Strike banget.

"Papa mau nonton bola dulu, TV di rumah kan dimatiin Mama mu. Sana pulang."

"Gak, ah. Aku juga mau nonton bola."

Pusing gak lo?

Untung aja Alika kalau gue marah-marah palingan cuma diem, terus buru-buru minta maaf.

Lah ini? Sama si suami dan anaknya malah ditinggalin. Ya Tuhan Put, sabar ya.

"Mama kamu kan marahnya sama kamu Vin, bukan sama Papa. Sana balik."

"Males Pah, lagian aku keluar lewat jendela. Mana ada Mama tau."

Gue cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Astaghfirullah anak gue kok gini amat si Sat?" Kata Jaerend yang memegang keningnya.

"Hahahha." Gue cuma bisa ketawa.

"Hayo lho! Mama mu nih!" Jaerend menunjukkan layar hp-nya.

Dua orang, bapak dan anak itu mendadak memasang wajah panik.

"Udah kalian auto tidur diluar hari ini." Kata gue.

"Halo? Yang?"

Gue kadang suka geli, si Jaerend ini masing sering manggil Putri 'Sayang' meskipun didepan orang banyak lho!

Hahaha salut juga sama bapak yang satu ini.

"Kamu dimana?"

"Ini di pos ronda."

"Pulang! Aku lagi marah malah ditinggal!"

"Yaudah kamu tidur di rondaan aja sekalian. Pintu aku kunci!"

"Iya ini mau balik Yang, bentar ya sayang. Lima menit aja."

"Sekarang!"

"Eh iya-iya. Ini otw." Jaerend udah narik-narik anaknya buat keluar rumah gue.

Sementara Calvin masih rada gak ikhlas disuruh pulang.

"Lo juga salah sih Je, udah tau Putri lagi marah malah lo tinggal. Bukannya disayang-sayang." Ejek gue.

"Diem lo!" Umpatnya sambil menarik paksa Calvin

"Yaampun Om Satya aku mau nginep sini aja please."

"Udah sana nurut Papa mu."


Satya and His DaughterWhere stories live. Discover now