Mainan Baru Alika

10.6K 1.8K 142
                                    










Alika lagi sibuk sama temen barunya,

Siapa lagi kalau bukan Pili, si kelinci jenis Holland lop berwarna soft brown itu.

Kira-kira udah ada seminggu kelinci itu jadi peliharaan Alika. Dan dalam seminggu juga berat badan itu kelinci nambah. Pokoknya kalau digendong lebih berat dari waktu pertama kali kelinci itu dateng.

Harusnya gue seneng ya, kelincinya tambah gendut.

Tapi sebenernya enggak.

Gue malah mikir yang aneh-aneh. Curiga kalau kelinci itu dijejelin makanan terus sama Alika. Soalnya beratnya nambahnya gak wajar.

Kebetulan hari ini gue lembur, baru balik rumah sekitar jam sembilan. Tau gak apa yang gue lihat?

Alika lagi tiduran di Sofa depan TV sambil mangku kelincinya. Udah gitu kelinci itu diem aja. Entah nurut, atau takut dengan kebar-baran Alika.

"Dek?"

Gue mendekat dan menepuk pelan bahunya, kalau tangan dia gak sakit biasanya udah gue gendong.

Matanya mengerjap, "Jam berapa, Yah?"

Tanyanya dengan suara serak. Matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya ruangan.

"Setengah sepuluh, kamu udah makan kan?"

Harusnya sih udah, soalnya tadi gue orderin makanan lewat gofud.

"Udah."

"Ayah bawain, martabak manis mau?"

"Mau lah, mana Yah aku pindahin. Ayah bersih-bersih dulu aja. Bau hahaha." Tawanya sambil berjalan mengambil plastik yang ada di meja depan TV.





***


Selesai bersih-bersih, Alika masih ada didepan TV dan jangan lupa dengan kelincinya.

Ya Tuhan, kasian banget deh jadi peliharaan Alika. Pasti kelinci itu capek.

"Dek, kalau makan kelincinya disingkirin dulu."

"Kelincinya gak bakal minta kalik Yah."

Gue menghela nafas, sebelum bergabung dengan Alika di depan TV.

"Ayah belinya bukan ditempat biasa ya?"

"Rasanya gak enak?"

"Keras Yah."

"Besok gak lagi deh. Ayah kira enak, soalnya rame."

"Udah malem kamu gak mau tidur apa dek?" tanyaku, sebenernya niatnya mau ngambil itu kelinci supaya bisa istirahat.

Sumpah liatnya melas banget, asli. Kelinci itu diem lemes dipangkuan Alika. Sama Alika kadang diusap-usap kemudian dibalik dan perutnya digelitikin.

Kayak kucing nya jaman dulu.

Gue pikir setelah tiga tahun sejak kucingnya ilang dia bakal berubah, ternyata sama aja. Paham sih gue, Alika tuh anaknya suka gemes kalau liat sesuatu yang lucu. Bawaannya mau di uyel-uyel terus.

Jangankan hewan ya, sama anaknya Wildan yang masih TK A aja Alika tega bikin nangis. Makanya Wildan rada trauma bawa anaknya main kesini kalau gak sama istrinya. Alika tuh suka banget nyubitin pipinya anaknya Wildan, bahkan dia gendong-gendong padahal anaknya Wildan tuh badannya gemuk.

"Bentar selesai ini dulu."

Alika kembali memakan Martabaknya setelah selesai gue buru-buru ambilin tissue basah buat ngebersihin tangan dia yang kotor.

"Sana tidur."

"Ntar Yah, belum ngantuk."

"Yaudah sini, Ayah pinjem Pili boleh?"

Alika mengeryit, tapi kemudian ngebiarin gue mengambil kelinci itu dari pangkuannya.

"Kelincinya Ayah sita, sekarang kamu tidur."

"Ayah!"

"Sssttttt, udah malem tidur."

"Kasian ini dek, kelincinya sampai lemes begini kamu ajak ngapain aja?" tanyaku penasaran.

"Gak aku apa-apain padahal."

"Terus kenapa jadi begini? Kamu tuh gemes boleh, tapi jangan nyiksa hewan. Ayah jual lho," ancamku yang membuat Alika mendelik.

"Kamu sehari kasih makan berapa kali Dek? Ini bisa berat gini? Nambah nya kayak gak wajar, kamu paksa makan terus ya?" tanyaku sambil mengangkat Kelincinya itu kelangit-langit, memperlihatkan gemuknya kelinci itu pada Alika.

"Maaf," cicit Alika pelan sambil menunduk.

"Habis gemes Yah," lanjutnya.

"Yaudah, sekarang kamu tidur. Kalau enggak balesin chatnya Aheng aja."

"Kok Aheng sih?"

"Ya siapa? Calvin apa?"

Alika memutar bola matanya dengan ekspresi malas.

"Pokoknya Ayah sita malem ini."

"Ayah mau tidur sama Pili gitu? Aku aja gak dibolehin."

"Kan dikadangin, kalau kamu pasti udah di peluk-peluk kayak guling. Mana Ayah biarin? Mau kelinci kamu jadi kelinci penyet?"

"Koi penyet aja enak."

"Alika...."

"Hehehe, iya Ayah. Bercanda elah."

"Sana cuci tangan, cuci kaki terus tidur."

Alika mendengus kesal, "Iyaa."

"Yaudah titip Pili, daa sayang besok kita main lagi."



Satya and His DaughterWhere stories live. Discover now