30. Hi, Mama.

32.1K 4.3K 1.1K
                                    

Temen-temen, selamat merayakan hari kemenangan, ya.
Mohon maaf lahir dan batin.
Selamat merindu akan keluarga saat pendemik mencegah anak rantau untuk mudik.
Selamat melepas rindu, bagimu yang berkesempatan untuk kumpul keluarga.
Semangat mengingat, Tuhan tetap baik walau Papa atau Mama atau Nenek, atau Kakek, atau Adek atau Abang, atau Kakak, udah tidak lagi menemani hari raya tahun ini, tapi dia tetap menjangkaumu dari surga sana. Virtual hug untukmu.

Pokoknya, SELAMAT MERAYAKAN IDUL FITRI YA!

Dan buat temenku di dalam Kristus Yesus, selamat menyambut peringatan kenaikan Tuhan Yesus.
Kiranya Roh Kudus semakin bekerja di hidup kita. Amin!

Salam toleransi!



***
Sea diam saat Rian menyodorkan layar ponselnya. 

"Besok masih ujian?" tanya Rian. Sea menggeleng. Kabar Mama sedang kritis sudah tiba di telinganya.

"Yaudah lu packing, malam ini kita berangkat, gue juga udah kelar ujian," ujar Rian berdiri menarik tangan Sea.

"Ta-,"

"DIEM!" hardik Rian. "Jaga mulut lu dengan ucapan klasik, gak mau ketemu suami nyokap lah, keluarga nyokap lah, itu nyokap lu Sea! Mau berapa kali gue bilang!"

"Yan, lu bisa gak atur biar semua orang gak ada di rumah sakit pas gue di sana?"

Rian menatap Sea. "Ya? Mau sampai kapan lu gini? Mau sampai kapan lu biarin diri lu di kekang sama perasaan tidak menerima keadaan?"

Ponsel Sea berdering. Rian melepaskan cekalanannya.

"Halo," ujar Sea pelan.

"Kamu di mana?" tanya Galaksi.

"Sea di taman sama Rian," ujar Sea terkejut kala ponselnya di tarik oleh Rian.

"Halo bro," ujar Rian.

"Yan! Gue gak suka ya!" ketus Sea.

"Temui gue di kantin terdekat dari sekre BEMFIMPA! Sekarang!"

Rian menutup ponselnya. Lalu memberinya pada Sea. "Kalau lu gak bisa gue bujuk, artinya gue butuh bantuan pacar lu!" ketus Rian meninggalkan Sea. Sea tidak menyusul. Jika sudah senekat ini, Rian tidak bisa di nego apalagi di bantah. Sea memilih untuk meninggalkan kampus.

***

Sea menatap foto yang ia letak di laci kamarnya. Foto di mana ia meniup lilin di temani oleh Mama dan Papa yang menciumnya dari arah kanan dan kiri. Sea menangis tanpa suara. Entah perasaan jenis apa yang Sea rasakan sekarang. Sea menatap jam. Ia yakin Galaksi akan menemuinya. Buru-buru akal sehatnya mengemas pakaiannya. Ia tidak bisa melibatkan lebih banyak orang lagi. Apalagi Galaksi, Sea selalu lemah jika pria itu menceramahinya.

Sea menonaktifkan ponselnya. Tujuannya adalah stasiun pasar senen. Buru-buru Sea memesan tiket ke Yogjakarta.

Setelah menunggu satu jam keberangkatan, Sea menghidupkan ponselnya. Deretan panggilan tak terjawab dari Rian dan Galaksi. Sea memilih untuk menghubungi Galaksi kembali.

"Sea, kamu di mana?" tanya Galaksi khawatir. Sara operator kereta berbunyi. "Jangan bilang kamu ke Jogja sendirian? Sea kamu ini kenapa sih!" ujar Galaksi frustasi.

"Iya. Aku lagi ke Jogja. Ada yang mau aku urus."

"Saya tau, saya tidak sepenting itu di hidup kamu."

"Kak, bukan itu maksudku. Sea sayang sama Kak Galaksi."

"Pengakuan rasa jenis apa ini Sea? Saya udah bilang, saya akan tetap nemanin kamu, kemana pun, dalam keadaan apa pun! Kenapa ucapan saya gak bisa kamu pegang!" ketus Galaksi.

Sagala Where stories live. Discover now