11. Raina versi kecil

32.3K 3.9K 908
                                    

***

Orion mengacak wajah Irene dari belakang.

Irene tertawa kecil, tanpa menoleh pun ia tahu telapak tangan siapa yang ada di wajahnya.

"Daddy," ujarnya manja. Irene berbalik dan memeluk Orion. Wajah sumringah tidak lepas dari Irene.

Kanaya tersenyum hangat menatap pemandangan di depannya.

Ara pun sama. Tidak ada rasa cemburu di sana. Bagi Ara, Irene sudah seperti kakaknya, meski pun dari hitungan usia orangtua mereka, Irene adalah adik Ara. Namun mengingat usia Irene sepantaran dengan Rigel, Ara memutuskan untuk memanggilnya dengan sebutan kakak.

Irene mengadah dengan kedua tangan yang masih memeluk Orion-abang dari ibunya itu.

Pletak

Orion menyentil kening Irene, yang di sentil nyengir tak berdosa.

"Kebiasaan ke Jakarta selalu gak ngehubungi Daddy!" ketus Orion kesal dengan kelakuan anak dari adik satu-satunya itu.

"Hahah 'kan Irene mau kasih supriese, Daddy kaget 'kan?" kekeh Irene.

"Supriese jidatmu!" ketus Orion. Irene tertawa terbahak, di susul oleh Kanaya dan Ara.

"Daddy sampai di teror sama Papa Willy, katanya kamu udah sampai atau belum, lah Daddy aja gak tau kamu datang!" ujar Orion dengan suara cemberut.

Irene tertawa lagi, ia kembali memeluk tubuh Orion. Tubuh yang tidak pernah membuatnya merasakan kehilangan sosok ayah.

"Maaf Dad," kekeh Irene. Orion menghela napasnya, ia kembali memeluk Irene, lalu mencium berulangkali puncak kepala Irene.

Ara ikut tertawa kecil. Biasanya jika sosok ayah harus membagi kasih sayangnya, maka si anak kandung akan merasakan cemburu yang luar biasa, namun Kanaya mendidik Ara untuk mentiadakan perasaan itu jika menyangkut Irene.

Awal-awal sangat sulit, apalagi Irene dan Ara tidak jauh berbeda usianya. Tapi semakin sering Kanaya menyuntik doktrin bahwa Irene adalah kakak Ara, maka semua perlahan berubah.

Irene melepaskan dirinya dari pelukan Orion dan duduk di sebelah Kanaya. Tak lupa, tangannya mengamit cemilan yang sudah di siapkan wanita yang pernah di ajarin mengendari motor oleh ibunya itu.

Orion menatap Ara, lalu mencium puncak kepala putri satu-satunya itu.

Setelah puas menghujani Ara dengan ciuman, kini Orion memeluk Ara dengan posisi yang asal-asalan.

"Bau ih!" ketus Ara berusaha melepaskan dirinya. Orion tertawa.

"Daddy ih kasihan Ara," ujar Irene.

"Lepas ih, Daddy ih," geram Ara.

Kanaya tidak melerai, bagi Kanaya ini adalah hal yang memang selayaknya Orion lakukan di tengah sedikitnya waktu luang Orion untuk keluarganya.

"Irene nyampai jam berapa tadi?" tanya Orion.

"Siangan gitu ya Ren?" tanya Kanaya. Irene mengangguk.

"Pas nyampe udah aku suruh buat hubungi kamu tapi dia gak mau," ujar Kanaya.

"Kebiasaan emang!" sindir Orion.

"Tadi Irene ke makam Mama dulu, baru main ke taman, habis itu baru ke sini," ujar Irene.

"Bawa-bawa koper?" tanya Orion. Irene mengangguk.

"Udah jam lima gini Galaksi belum pulang Ma?" tanya Irene.

Irene memang tempat Galaksi curhat, jika Rigel adalah tempat dirinya bermain.

Sagala Where stories live. Discover now