10. Rumah Ngopi

30.2K 3.9K 368
                                    

Happy reading. 🌹


*

**

Setelah kepergian Irene, Sea tetap pada posisinya. Duduk dengan kaki yang menekuk dan tangan yang memeluk.

Sea menutup matanya dan mebayangkan suara, dan reka gambar yang bermain di kepalanya. Pria gagah yang mengejarnya berlari dengan kacamata yang sering melorot saat menangkapnya.

"Pa? Sea ini udah ikhlas belum sih kehilangan Papa? Kenapa berat?"

Air mata kembali jatuh saat Sea mengingat bagaimana pria pertama yang ia cintai itu menjaganya. Tumbuh besar tanpa orangtua tapi tidak membuat papanya terpuruk terlalu lama. Untaian cerita sebelum tidur masih mampu Sea ingat. Definisi anak perempuan lebih dekat dengan ayah terjadi pada Sea.

Tidak ada lagi pria setulus ayah dalam menjaganya, membuat Sea harus bisa tumbuh dewasa sebelum waktunya. Keadaan dan kesakitan membuatnya tumbuh dengan luka. Tak lama Sea berdiri, ia tidak mau gila hanya karna kembali mengenang kepergian papanya.

Rumah Ngopi yang baru di buka dua bulan yang lalu tidak begitu ramai, Sea duduk dengan matcha hangat dan cappuccino panas di depannya. Sea menghirup aroma cappuccino yang sengaja ia pesan hanya untuk mencium bau kafeinnya.

Mata Sea menutup, ia serap semua aroma tenang yang ada, hingga suara seseorang membuyarkan pikirannya.

"Untung doyan nyium kopi, bukan nyium bensin," ujar Galaksi ikut duduk di hadapan Sea.

Sea masih saja diam, dirinya kembali mengingat bagaiman Galaksi membentaknya kemarin.

"Kursi penuh, jadi saya memutuskan untuk duduk di depan kamu." Sea mengangguk dan mulai meniup kecil matcha hangat di gelas satunya.

"Geser sedikit boleh? Saya mau mengerjakan sesuatu," ujar Galaksi.

Sea mengangguk dalam dia diam, hanya suara tarian jemari Galaksi yang terdengar, Sea mencuri pandang dengan wajah serius kating di depannya ini.

"Saya mau pesan cemilan, mau nitip gak, Kak?" tanya Sea.

"Enggak. Saya tidak bisa makan sembari ngetik," ujar Galaksi acuh.

"Saya juga gak suka sih minum matcha campur cemilan," ujar Sea polos.

Galaksi tidak meresponnya membuat Sea ikut diam.

"Oh, ya, jasnya udah bersih, Kak, tadi Mbak laundry udah ngechatt saya. Paling besok saya bawa ya."

Galaksi mengangguk. Dalam hati Sea menjerit, tidak adakah niat pria ini untuk meminta maaf?

"Sea, kamu paham gak perihal EYD?" tanya Galaksi.

"Kenapa? Butuh bantuan?" ujar Sea. Ketikan jemari Galaksi berhenti, lalu ia menatap Sea dengan sedikit menyipit.

"Kamu habis nangis?" tanya Galaksi. Sea tergagap, lalu salah tingkah. Gerakannya sangat tidak nyaman membuat Galaksi mengernyitkan dahinya, "Habis nonton drama atau baca novel?" tanya Galaksi.

"Kak Galaksi sibuk gak?" tanya Sea. Entah mengapa Sea menjadi lebih berani jika sedang di luar kampus ini. Tak lama Galaksi menutup laptopnya, lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Menurut Kak Galaksi, apa sih definisi ikhlas yang sesungguhnya?"

Galaksi diam cukup lama. Lalu ia menyeruput kopi di depannya.

"Saya pribadi merasa sudah berdamai dengan apa yang ada di belakang saya, tapi kenapa ya, setiap kali dimensi waktu membawa saya ke belakang, saya tetap merasakan sakitnya. Ini di sebut gak ikhlas ya, Kak?"

"Ikhlas itu kerelaan, ketulusan hati dan kejujuran Sea. Rela dengan keadaan, tulus menerimanya, dan jujur kalau kamu sudah berdamai. Dan mungkin kamu sudah memiliki satu dari tiga definisi ikhlas, tapi belum memiliki ketiga-tiganya."

"Kak Galaksi pernah gak di hadapi sama keadaan dan mengharuskan untuk ikhlas?"

"Pernah. Semua orang pasti pernah di giring keadaan untuk ikhlas, karna dia gak punya jalan lagi."

"Kalau di hadapkan dengan kehilangan, pernah gak?" Lagi-lagi Galaksi diam. Ia menatap Sea dalam-dalam. "Maksud Sea kehilangan seseorang dalam bentuk dia udah gak ada lagi di bumi."

"Untuk itu, saya belum dan kalau boleh jangan merasakannya. Tapi saya gak bisa menolak kalau saya ini manusia. Saya pernah kehilangan Tante saya. Ya mungkin tidak seintens kehilangan yang sedang kamu tanyakan, waktu itu saya masih sangat kecil, bahkan saya belum tau definisi kematian itu apa. "

"Tapi, saya bisa melihat dan merasakan betapa hancurnya my Daddy saat itu bahkan sampai sekarang. Dan bahkan luka batinnya enggan untuk sembuh."

"Tapi Daddy sadar kalau kehidupan terus berjalan, setidaknya dia gak pernah pura-pura baik-baik saja, yang Daddy lakukan belajar untuk menerima meski saya sendiri gak tau dia berhasil atau enggak."

"Kak Galaksi, makasih banyak," ujar Sea dengan senyumnya. Galaksi mengangguk lalu mereka kembali diam hingga telepon dari seseorang membuat Galaksi meninggalkan Sea di Rumah Ngopi.

"Ternyata, dia enggak sedingin yang terlihat," monolog Sea menatap punggung Galaksi. Tak lama, Sea mengambil buku kecil dari tasnya, tak lupa ia mengambil pulpen dan menulis puisi mengatasnamakan rasa yang baru saja ia rasakan.

Pun pada akhirnya, semesta tidak pernah bercanda. Ia begitu serius dalam menulis naskah, hingga lupa menuliskan lelucon indah. Miris, kamu, apa kabarnya?

***

Jangan lupa vote ya. 🌹

Karna cukup banyak yang request pembuatan group chatt awal bulan, maka hari ini aku buat, ya..

Kalian boleh DM instagram anastia_simarmata, nanti aku bantu share link. Tapi pastikan sudah follow seluruh akun cast cerita SAGALA, ya!

Dan, group chatt ini di telegram. Bukan di whatsapp.

Heheh

Sampai bertemu gaes!

Sagala Where stories live. Discover now