9. Rapuh yang rapih

30.8K 4.1K 973
                                    

Hi...
Maap, gak niat ngebiarin cerita Sagala ini berdebu wkwk

Happy reading, ya!

***

Sea menangis dengan tangan yang menutup kedua wajahnya. Belum selesai masalah jas dengan Galaksi, Sea harus bertikai hebat dengan Mamanya.

"Mama melakukan semua punya alasan Sea,” ujar Mama Sea frustasi.

Mereka sama-sama menangis, merutuki kesalahpahaman yang enggan mendapatkan telinga.

"Sea gak pernah minta apa pun sejak beberapa tahun ini." 

Sea menatap nanar perempuan yang harusnya ia hormati. Perempuan yang tidak layak mendapatkan nada suara tinggi dari bibirnya.

"Setelah Papa pergi dan Mama mutusin untuk nikah lagi, Mama gak pernah nanya apa mau Sea."

Dengan nada bergetar Sea mencoba kuat, menarik napas sebisa mungkin, menghadirkan oksigen ke relung hatinya yang hampir ingin meledak. Biar bagaimanapun, wanita ini adalah mama Sea. Surga ada di telapak kakinya. Tidak peduli sesakit apa perlakuan Mama terhadap Sea.

Ucapan mendiang Papanya terus mengulang. Setiap kali Sea bertikai, ucapan sakral yang pernah Papanya katakan terus bergema. Seakan suara itu dekat, ada di sebelah Sea.

"Sea gak mau rumah peninggalan Papa di jual. Sea gak mau hiks." Sea menangis senggugukan. Ia benci situasi ini. Bagi Sea lebih baik mereka berjarak, membiarkan waktu berjalan tanpa harus bertemu, tanpa harus bertikai, tanpa harus saling memperlihatkan siapa yang paling terluka.

"Nak, dengerin Mama," lirihnya. Saat tangannya hendak mencapai puncak kepala Sea, Sea menghindar.

"Ini rumah Papa Sea. Mama gak punya hak buat jual!"

"Mama gak mungkin terus-menerus ninggalin kamu sendirian. Udah bertahun-tahun, Mama gak minta kamu maafin Mama, Mama cuma mau ajak kamu berdamai sama keadaan."

Sea menatap remeh Mamanya. "Berdamai dengan keadaan?" decih Sea.

"Kenapa gak Mama yang ke sini? Kenapa harus Sea yang mengalah? Kenapa harus Sea yang menerima kehidupan baru Mama, kenapa gak kehidupan baru Mama yang menerima Sea?"

"Kamu yang gak pernah nyambut kami," lirih mamanya.

"Kalian gak pantas mendapatkan itu!" ketus Sea.

Tak lama, diam menghampiri mereka, kalau Sea tertawa remeh,"Mama mentingin perasaan suami baru Mama, tapi Mama gak mentingin perasaan SEA YANG NOTABENENYA ANAK MAMA!" pekik Sea. Ia sudah tidak tahan, menghujani Mamanya dengan teriakan.

"Sea tolong jangan persulit posisi Mama. Mama sayang kamu Sea. Mama gak mau kamu tinggal sendirian di sini. Setidaknya kalau pun kamu belum bisa maafin Mama, kita masih dalam atap yang sama. Mama masih bisa pantau kamu, Ya."
Wanita dengan baju bewarna coklat itu menunduk, meremas rambutnya kuat-kuat.

"Pantau? Untuk apa? Sea gak lagi di jalan yang salah. Sea gak lagi di jalan yang penuh bahaya. Kalau alasan memantau, tanpa seatap pun Mama bisa melakukannya. Suami Mama kaya 'kan? Tinggal bayar orang dan semua selesai."

Sagala Where stories live. Discover now