26. Jangan ucap putus

30.5K 4.5K 1K
                                    


***

"Ini jadwal Sea di divisi sekretariat kan?" ujar Aurel.

Sea mengangguk, lalu ia berdiri menghampiri Aurel "Ada yang salah sama proposalnya Kak?" tanya Sea.

"Semuanya salah, Sea," ujar Viona menghembuskan napasnya kasar.

"Wis," panggil Galaksi pelan, ia masih sibuk dengan layar monitornya.

"Ini proposal harus udah ada besok siang untuk pengajuan ke dekan. Jadwal beliau hanya ada besok di universitas untuk dua minggu mendatang," ujar Aurel.

Revan mengambil berkas dan membacanya. "Waw, Sea, kamu gak pernah nulis proposal? Atuh kalo gak pernah minta tolong sama senior, jangan segan," ujar Revan.

Galaksi masih mencuri dengar. Ia cukup pandai untuk muncul sebagai kekasih atau sebagai pemimpin.

"Di bagian mana ya Kak salahnya?" ujar Sea mengigit bibirnya.

"Ini semua salah, Ya. Lihat nih, kata pengantar, nama dekan sama gelarnya ini salah, belum lagi isi, tujuan, meleset dari yang kita bahas. Ini proposal udah di tanda tangani Presma," ujar Aurel menahan ketusannya. Sea melongo, tidak mungkin. Dia tidak mengerjakan ini. Kenapa proposal ini berubah?

Aurel menarik napasnya kuat-kuat, mencoba untuk lebih bersabar "Gue lagi deh yang kena," ujar Aurel lelah.

Galaksi beranjak, ia menarik proposal dari tangan Sea. "Kenapa gak nanya Aurel?" tanya Galaksi menatap Sea.

"Kalau Sea bilang ini bukan proposal yang Sea kerjakan, Kak Galaksi percaya gak?" tanya Sea. Galaksi diam, lalu ia membalik lembaran proposalnya.

"Sea gak baik sembunyi tangan," ujar Cimi mendekat. "Mending kamu benerin, tanya Kak Aurel bagian mana yang salah," lanjut Cimi lembut.

"Semua salah, Mi. Angkatan gue ada jadwal praktek hari ini, proposal harus kelar besok siang," ujar Aurel bingung..

"Sea. Maaf terdengar kasar. Lebih baik terlihat bodoh tapi bertanya dari pada pura-pura pintar tapi minim pengetahuan," ujar Viona. Sea tersentak, ia menatap Viona.

Ada sesuatu yang ingin meledak di dalam diri Galaksi, tapi dirinya masih cukup waras untuk mengeluarkan emosinya di sini.

"Jauh sekali dari kaidah kepenulisan," ujar Galaksi tanpa berniat menyudutkan Sea

"Yaudah, gini aja. Kata kamu ini bukan kamu yang ngerjain kan? Yaudah kamu buktiin aja, punya salinannya kan di laptop? Mending kamu cek dari pada tuduh menuduh," ujar Wisma menengahi.

"Bukan kita gak percaya sama kamu. Kan kita mahasiswi, harus teoritis. Gak bisa modal percaya doang, Ya" ujar Aurel.

"Oke," ujar Sea mengambil laptopnya. Lalu menghidupkannya dan berusaha mencari berkasnya.

"Ada gak? Dari pada bersilat lidah yang ujungnya kamu malu sendiri, mending kamu akui kalau itu kerjaan tangan kamu. Semua kelar, jadi gak makan waktu!" ketus Lyra.

"Yaudah Sea kerjain lagi," ujar Sea dengan hati yang menciut. Galaksi menatapnya iba.

"Minta tanda tangan presiden lagi? Ya Tuhan, ini gimana sih Ya!" ketus Aurel. Dirinya frustasi. Karna biar bagaimana pun dirinya yang akan kena hukuman nantinya dari BEM-U.

"Kamu kira Presma gak sibuk, Ya? Ngejadwalin untuk tanda tangan aja itu susah banget, apalagi dia lagi megang isu besar kan? Ah kamu mah," ujar Aurel kecewa.

"Kak Aurel praktek aja. Sea usahain besok pagi berkas udah selesai. Maaf ya Kak," ujar Sea lembut. Sebisa mungkin ia menahan tangisnya.

Aurel menghela napasnya, ia berjalan gontai meninggalkan sekre. Galaksi tidak lagi berkata apa-apa, dirinya menghubungi seseorang.

Sagala Donde viven las historias. Descúbrelo ahora