39. Dufan

27.6K 4.3K 1.5K
                                    

Catatan :
Cerita Sagala tidak akan di tuntaskan di Wattpad. Akan berlanjut di novel.
Saya sudah ingatkan, agar tidak terjadi emosi di episode berikutnya.

Akan banyak cerita yang di cut.
Akan ada hal yang di tambah.
Yang gak ada di Wattpad, tapi ada di novel.
Yang ada di novel, enggak semua copy paste dari Wattpad.
Akan ada konflik, adegan, scane baru tapi tidak merusak identitas cerita.

Jangan lupa, pre order di bulan Juli.



***
Setelah keluar dari kereta misteri, Galaksi dan Sea duduk di luar store baju yang menjadi tempat keluar orang-orang yang baru menikmati wahana kereta misteri.

Galaksi setia menatap lekat wajah Sea yang masih basah. Angin menerbangkan rambut Sea, membuat tangan Galaksi tergerak dengan sendirinya menyampirkan anak rambut ke belakang telinganya.

"Kamu takut gelap atau takut wahana sejenis rollercoaster?" tanya Galaksi.

"Dua-duanya mungkin."

"Naik bianglala masih berani?" tanya Galaksi.

"Masih."

"Kalau halilintar?" tanya Galaksi.

Sea menoleh. "Mau bunuh aku?" kesal Sea.

"Histeria bisa dong?" tanya Galaksi menyebalkan di telinga Sea.

"Aku masih marah, jangan sok akrab," ujar Sea kembali diam. Ia membuang wajahnya kesal.

Galaksi menghela napasnya. "Marah di waktu menjalani hubungan itu wajar kok," ujar Galaksi.

Sea meliriknya sinis. Galaksi mengambil tangan kanan Sea dengan tangan kirinya, lalu meletakkan di atas pahanya dan menepuk-nepuk dengan tangan kanannya. "Saya cuma mau kamu percaya sama saya."

"Atas dasar yang gak bisa kamu jelaskan?" tanya Sea.

"Saya balapan ada tujuannya, bukan unjuk kekuatan."

"Tujuan apa? Tujuan menang? Tujuan siapa cepat mencapai garis finish? Dari banyak hal positif di muka bumi ini kamu milih buat balap liar, iya?" tanya Sea.

"Gimana kalau kamu di tangkap polisi? Gimana kalau kamu jatuh gak utuh? Ha!" marah Sea.

"Alasan saya masuk membentuk kelompok yang mungkin menurut kamu negatif itu cuma semata-mata ingin menjaga orang-orang terdekat."

"Mama, Ara, Irene, dan setelah ketemu kamu, kamu masuk di dalamnya. Bertemen dengan mereka yang hanya kenal aspal dan kecepatan tinggi di atas motor enggak melulu tentang hebatnya mencapai garis finish tapi lebih ke solidaritas yang gak kenal batas."

"Kita cuma melayani orang yang menantang kita, enggak pernah menantang orang lain."

Kini mata Galaksi menatap teduh mata indah milik Sea."Saya berani bersumpah kalau saya dan teman-teman saya enggak pernah memicu keributan."

Kali ini Galaksi tersenyum menatap cakrawala.

"Sekeras apa pun suara knalpot motor yang kami miliki, kami tetap tau arti lampu merah di perapatan tandanya harus berhenti. Kami masih hormat sama SATLANTAS."

"Saya akui, saya terlalu pengecut buat jujur kemarin. Dan mungkin sampai detik ini, saya masih gak bisa ceritain siapa orang yang balapan sama saya lalu tujuannya apa."

Sagala Where stories live. Discover now