30 || Ketahuan, deh

76.2K 13.3K 1K
                                    

"Lah, kok pada turun dari angkot? Kan lapangan di belakang doang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lah, kok pada turun dari angkot? Kan lapangan di belakang doang."

Dara tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan Jena. Mereka baru saja sampai ke kafe, setelah kurang lebih 20 menit menaiki angkot. Syukurlah Ersya lumayan mengenal daerah ini. Kata Asep, walaupun sudah lama ke sini, mereka tidak pernah berniat menjelajahi daerah tersebut. Mereka bahkan baru tahu bahwa ada lapangan di belakang kafe.

"Tadi ada siluman yang ngejar kita, gila jantung gue masih ngedugem," jawab Andra dramatis sambil memegang dadanya.

Mendengar kata 'siluman' Dara tertawa kecil lalu memukul lengan Andra. Walaupun lucu, ia rasa yang tadi mengejar mereka itu orang yang lebih tua. Memberi sebutan seperti itu sangat tidak sopan.

"Ha? Eh iya, tadi gua sempet denger suara ledakan. Darimana dah?" tanya Jena heran membuat mereka balik saling pandang. Melihat gelagat teman-temannya yang tidak beres itu, matanya lantas menyipit curiga. "Ulah lu pada, ye?"

Dara tertawa kaku kemudian segera mengibaskan tangan. "Ada ituuu, nanti deh diceritain. Sekarang balik dulu ayok udah malem," ucapnya mengalihkan pembicaraan. Selain ia terlalu lelah, tanpa sadar sekarang sudah larut malam. Ia hanya takut orang rumah akan cemas.

"Anu, Ra. Gue keknya ntaran deh baliknya," sahut Andra disusul oleh anggukan yang lain.

"Lah, kenapa?" tanya Dara. "Udah malem lusa sekolah---"

Belum usai ia berbicara, Dio sudah menarik tangan cewek itu secara tiba-tiba. "Kalo gitu kita duluan, kalian jangan sampe pagi. Lusa masih sekolah."

"Sans, duluan aja."

Walaupun masih tidak mengerti, Dara hanya pasrah ketika ditarik Dio menuju parkiran kafe. Ia menaiki motornya dengan perasaan bingung. Matanya tak henti melirik mereka yang sudah kembali ke kafe. "Yo, kok mereka gak balik?"

Dio memakai membuka kaca helm-nya lalu menoleh ke arah Dara. "Udah biasa, lo gak perlu tau. Gue anter lo balik."

Dara terdiam kesal. Ia tidak suka kalimat yang diucapkan Dio. Seakan-akan dirinya bukan bagian dari mereka. Mendengkus keras, tiba-tiba ia merasa diasingkan. Tak sadar pegangan pada stang motor kian mengerat bersamaan dengan rasa sebal yang naik ke permukaan.

Dio menghela napas. Ia peka dengan apa yang dirasakan Dara. Karenanya ia menaikkan kaca helm-nya begitu juga milik cewek itu, menatap matanya yang terlihat sebal.

"Nanti lo bakal paham dan terbiasa sama keadaan ini. Udah diem, gausah kesel. Alay."

***

"Cara ngilangin jerawat gimana? Ini jerawat sebiji di pipi nyemak bener."

"Diamplas."

"Mantep," sahut Ardi seraya mengacungkan jari jempolnya ke hidung Farzan.

"Pake masker kue putu, Dra."

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now