29 || Petasan Bom Farzan

80.3K 14.1K 1.2K
                                    

"Gue kira gazebonya bau atau jorok, lah ternyata bersih banget," ucap Asep membuat Dara mengangguk setuju.

Gazebo yang mereka tempati memang sangat bersih dan wangi. Tidak ada sampah baik di sekitarnya atau di lapangannya. Dilihat-lihat juga sepertinya orang sekitar sangat menjaga kebersihan. Buktinya tidak ada sampah yang mengganggu penglihatan di jalanan depan rumah mereka. Lingkungannya yang asri dengan pepohonan yang rindang. Walaupun sudah malam, tapi syukurlah di setiap sudut lapangan ada tiang lampu yang menerangi. Di gazebo-nya pun terdapat lampu penerangan.

Setelah memanaskan otak dengan soal fisika, mereka beristirahat sejenak guna mendinginkannya kembali. Katanya sih hanya dua puluh menit, namun sekarang nyaris sejam lebih mereka malah asik bermain takraw dengan bermodalkan bola takraw dan net yang kebetulan ada di gudang kafe. Hanya Alfa, Andra, Ardi, Farzan, dan Ersya yang bermain. Revan, Asep, dan Dio tidak ikut dengan alasan malas bergerak.

Akhirnya kemenangan didapat oleh tim Farzan dengan Ersya dan Andra sebagai anggotanya.

"AL, SUNDUL DONG BOLANYA PAKE KAKI."

"GOBLOK SUNDUL TUH PAKE TANGAN."

"Emang dongo bener ini dua hewan," Ersya menggeleng kepalanya sembari berdecak mendengar Ardi dan Andra saling bersahutan.

"Timnya lagian gak imbang," sungut Alfa sembari mengusap keringatnya. Ia menoleh ke arah gazebo. "Woi, maen sini biar imbang."

"Mager," sahut Revan yang sudah asik rebahan dengan buku sampul putih yang menutupi wajahnya. Dara menoleh ke arahnya, pikirannya kembali ke isi buku itu, sampai sekarang ia masih penasaran.

"Gue juga mager, Dio aja noh," usul Asep kemudian.

"Yaudah. Yo, cepat sini."

Dio diam sejenak kemudian melepas kemeja merah kotak-kotak yang ia gunakan sebagai luaran. Dengan berbalut kaos hitam polos, ia berjalan menuju lapangan.

"EH, BENTAR GUE LUPA," seru Farzan yang langsung berlari ke arah gazebo, membuat yang lain bingung.

"Napa dah, Tarzan?"

Farzan tak menjawab, melainkan sibuk mengorek isi tasnya. Mendapat sesuatu, ia tersenyum senang kemudian mengambil benda berbentuk bola kecil.

Dengan ekspresi yang sama ia menunjukan bola itu kepala yang lain.

"ANJAI PETASAN, BENTAR GUE KAYAKNYA PUNYA KOREK DAH," seru Ersya lalu berlari menuju kafe.

Mendengar seruan Ersya, Revan pun lantas terbangun. Dengan wajah bantal yang kaget ia bertanya, "Hah? Petasan? Siapa yang bawa?"

"Farzan, Van," jawab Dara agak cemas. "Bukannya bahaya, ya?"

"Sans, Ra. Kita-kita udah sering kok maennya, aman udah," balas Andra menghampiri Farzan yang udah ada di tengah lapangan.

"Tapi, kan, tetep aja...," agak lega mendengar pernyataan Andra, tapi tetap saja firasat buruk menghampiri pikirannya. Apalagi dengan hadirnya Ersya yang sudah memegang korek api di tangannya.

"Oke, mantep," Farzan tersenyum puas lalu menerima korek api yang disodorkan oleh Ersya. Ia berjongkok, dengan petasan bom berbentuk bulat di tangannya yang diletakkan di tanah.

"Sep, itu bahaya banget loh," lirih Dara panik.

"Udah tenang aja."

Farzan menghidupkan koreknya, setelah muncul api, ia membakar sumbu petasan yang masih ditangannya tersebut.

Setelah ujungnya terbakar, bukannya tenang, Farzan malah kaget sendiri seraya berteriak panik, "ASTAGFIRULLAH YA ALLAH."

Dengan reflek dan mengatasnamakan rasa takut, Farzan melempar benda yang sumbunya terbakar itu ke sembarang arah. Dan tanpa sadar, ia melemparnya ke arah Dio yang sedang berdiri seraya bersedekap.

utopia (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang