48 || Lega dan Bebas

78.1K 15.1K 3.8K
                                    

Keadaan ruangan kepala sekolah senyap, hanya terdengar suara rekaman dari komputer kepala sekolah. Mereka semua fokus melihat ke arah video tersebut, kecuali IPA 2 yang terlihat gugup. Dara meliriknya dan tersenyum miring, mungkin mereka takut kedoknya sebentar lagi akan terbongkar.

Pak Jeno menghela napas berat. Beliau sudah melihat video tersebut dengan saksama dan menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh anak kelas IPS 5 benar adanya. Beliau menatap Dio dengan bangga, tidak menyangka cowok itu benar-benar serius dengan perkataannya kemarin.

"Ada satu lagi, Pak. Masalah Ersya yang dipukuli. Kita udah ke ruangan CCTV buat copy video-nya," ucap Dara menyodorkan ponselnya membuat Pak Jeno menatapnya kaget.

"Kok kalian...?"

"Maaf, Pak. Saya yang kasih tau," sahut Jesa perlahan maju ke depan dengan kepala menunduk. "Kalo Bapak gak mau saya jadi anggota OSIS, saya siap mundur, Pak. Soalnya saya gak tahan, ini emang gak adil."

Pak Jeno lagi-lagi menghela napas berat sembari memijit pelipisnya. Merasa pusing dan lelah dengan kelakuan anak-anak sekolahnya. Beliau kemudian melihat ke arah video yang ada di ponsel Dara. Dan ternyata memang benar, IPA 2 lah yang berbuat ulah duluan.

"Buat kalian. Bapak minta maaf, Bapak akui kesalahan Bapak. Tapi kalian masih tetap salah. Kalian berantem di area sekolah, rame-rame pula," ungkap Pak Jeno. "Hukuman skorsing kalian akan Bapak anggap gak ada, tapi kalian tetap dihukum dengan membersihkan area samping sekolah. Tempat kalian ngelakuin kesalahan."

Pak Jeno berdiri dan melangkah tepat ke depan anak IPA 2 yang menunduk takut karena kelakuan kotor mereka terbongkar. "Buat kalian, Bapak putuskan kalian di-skors," IPA 2 lantas mendongak tak percaya, "dua minggu."

"Pak! Jangan gitu dong! Masa' dua minggu?!" protes Eja tidak terima dengan hukuman yang diberi.

"Kasih keringanan dikit dong, Pak. Salah kita kan gak banyak juga," timpal salah satu temannya lagi.

"Loh? Kalian udah memfitnah orang lain, berbuat curang dan menghancurkan citra Festival Olahraga yang selalu sportif, berbuat onar pada orang yang tidak bersalah. Dan yang terakhir, playing victim. Menurut kalian harusnya seberapa berat hukuman kalian?' terang Pak Jeno dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Heh, kutu kupret. Kelakuan lo pada belom sepadan sama hukuman yang dikasih sama Pak Jeno, ye. Udah nyebar hoax, bikin kita ribet lagi. Untung kagak gue sentil noh bibir lo pada sekarang. Kalo gue sentil, abis bibir lo monyong-monyong bengkak melebihi Repan," omel Ardi tiba-tiba yang ditanggapi dengan geplakan di belakang leher oleh Revan yang sedari tadi hanya diam.

"Bener!" sahut Andra di sampingnya. "Kita hampir kena cincang gara-gara kelakuan lo pada. Dikasih hukuman yang ringan malah ngeluh. Kan enak, ngadem di rumah," cowok mengacungkan kedua jempolnya seraya tersenyum mengejek.

"Ah elah, ini duo orang stres napa gak bisa diem, sih," gerutu Ersya yang didengar oleh Dara.

"Biarin aja, Sya. Daripada mereka tertekan gara-gara diem mulu," sahut Dara tertawa kecil.

Pak Jeno mengibaskan tangan, memilih mengakhiri keributan ini. "Udah-udah, ini ruangan Bapak. Gak usah macam-macam kalian." Beliau menatap anak IPA 2 yang masih kesal dengan keputusannya, dan juga kelakuan IPS 5. "Kalian minta maaf sama mereka. Bapak gak peduli mau kalian tulus apa gak, yang penting kalian emang pantes minta maaf."

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now