04 || Tanggung Jawab

126K 17.9K 849
                                    

Setelah Pak Tegar mengakhiri pelajarannya, Dara bergegas pergi ke taman belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah Pak Tegar mengakhiri pelajarannya, Dara bergegas pergi ke taman belakang sekolah. Ia hanya ingin menghindari yang lain. Karena dirinya tahu, mereka akan heboh akan keputusan Dara.

Dara segera duduk di bangku taman yang ada di pinggir taman. Di sampingnya terdapat pohon ceri yang tidak terlalu besar. Itulah yang membuat tempat ini menjadi teduh dan rindang.

Untungnya, Dara sudah mempersiapkan bekal. Walaupun awalnya kesal karena agak merepotkan, sekarang ia justru sangat bersyukur karena mengikuti saran Mamanya. Berkat bekal yang disiapkan oleh beliau, ia jadi tidak kelaparan.

Ya, setidaknya sampai jam istirahat berakhir. Dan ia tahu, sekelasnya akan menggunakan kesempatan itu untuk bertanya padanya. Tentu saja selain kesempatan di jam istirahat.

"Percobaan melarikan diri yang bagus."

Nyaris saja sendok yang baru saja dipegang oleh Dara terbang melayang dikarenakan rasa terkejutnya oleh suara itu. Dengan ekspresi wajah kaget yang agak berlebihan, ia menoleh ke arah pohon jambu di sampingnya. Dengan perlahan kepalanya terangkat, lalu matanya langsung bertemu dengan bola mata hitam pekat itu.

"ASTAGA, BTS SUAMI GUE."

Cowok itu mendengkus pelan mendengar latah yang dikeluarkan Dara. Ia merasa, halunya cewek ini sudah keterlaluan.

"Lo ngapain di sana?" tanya Dara heran melihat ke arah Dio yang sedang duduk santai di salah satu dahan pohon besar. Wajahnya masih terlihat terkejut dan memerah.

"Ngemis."

"Ih, seriusan, Dio. Lo ngapain di sana? Kurang kerjaan banget padahal di bawahnya ada bangku enak."

"Kalo menurut gue di sini lebih kane gimana?" balas Dio datar.

Dara tak membalas. Ia hanya memutar kedua bola mata lalu menyendokkan nasi dengan sendoknya yang nyaris melayang tadi.

"Ya tapi gak usah ngagetin," gerutu Dara masih kesal karena teringat apa yang diucapkannya tadi sebagai bentuk latah. "Kan jadi kesebar."

"Kalo halu lo ketinggian melebihi langit?"

Dara seketika melirik Dio kesal melalui ujung matanya. Bibirnya melengkung ke bawah hingga membuat kerutan aneh di dagu.

"Apa?"

"Nope." Dara menyuapkan makanan yang di sendoknya ke mulut. "Jangan kasih tau siapa-siapa."

Alis tebal sebelah kanan Dio terangkat. "Kalo halu lo — "

"UDAH, DEH, DIEM."

utopia (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang