37 || Kemeja Dio

74.4K 14.1K 2.3K
                                    

"Ngerujak, kuy."

Ardi sontak bangun dari posisi rebahannya lalu mengacungkan jempol. "Kuy," sahutnya dengan wajah datar. "Gabut banget anjrit."

"Gue cuman punya mangga," ucap Dara sembari menunjuk pohon mangga yang ada di depan rumahnya.

"Kita beli aja buahnya," saran Asep.

"Yaudah ayok."

Dara menatap Kio yang masih asik bermain game di ponselnya. "Ki, kamu di sini dulu, ya?"

"Hm."

"Oke, ayok."

***

"Buah buat ngerujak apa aja, ya?"

"Pisang dibuat ngerujak bisa gak?" tanya Ersya seraya menatap sekitar pasar.

"Lah bisa? Gue baru tau," Andra menoleh dengan wajah tercengang.

Ersya berdecak lalu menoyor kepala cowok itu. "Gue nanya bego."

"Weh, tomat buah apa sayur?" tanya Ardi sembari memegang tomat dengan wajah tanpa dosanya.

"Tomat itu———"

"Heh!"

"Eh astagfirullah kaget," latah Ardi lalu menoleh pada si pelaku. Niatnya ingin memarahi, namun setelah melihat siapa yang menegurnya, lantas nyalinya menciut. Ia menjadi sopan dan kalem. Terbukti dengan kedua tangannya langsung di depan badan. "Eh, Ibu."

"Ini tomatnya kenapa diambil, hah?! Mau maling, ya?!"

Ardi membelalak kemudian menggeleng sembari berdecak, "Istighfar, Bu. Ayo cepat, siapatau setannya bakal ilang."

"HEH———"

"Udah, Bu. Maafin kita, Ardi memang anaknya rada...," telunjuknya bergerak memutar di samping pelipis dengan raut wajah yang prihatin, "...paham, kan, Bu?"

Si penjual lantas mengangguk paham, ia menatap Ardi yang sudah cengo dengan tatapan prihatin juga. "Nama kamu siapa, Nak?" tanyanya kemudian pada Farzan.

Farzan tersenyum kalem. "Farzan, Bu."

"Ya Allah, udah baik, sopan, ganteng pula. Sama kayak namanya, anak alim pasti," ucap beliau dengan senyum keibu-ibuan.

Mereka lantas menganga mendengar penuturan ibu tersebut. Ersya bahkan nyaris linglung saking terkejutnya, untungnya Asep bisa menahannya agar tidak benar-benar jatuh, walaupun dirinya sendiri dalam posisi menganga tak percaya.

"Astagfirullah," celetuk Ardi reflek. "Mata Ibu sengklek, ya? Kok bisa bilang setan bentuk manusia gini anak alim? Ya Allah, Bu."

Andra menatap Farzan yang sudah tersenyum bangga dengan jijik. "Pake pelet apa lo? Sampe emak-emak kegincut."

"Kepincut, Dra."

"Nah, iya."

"Ogah gue pake pelet, emang gue sesat?" sahut Farzan sewot.

Penjual tersebut mengelus bahu cowok yang disebut alim tersebut. "Kamu yang sabar ya punya temen modelan mereka. Ibu tau kamu tabah."

utopia (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang