61 || Terungkap Sudah

93.8K 14K 10.8K
                                    

Hari pertama yang sangat melelahkan akhirnya selesai. Kini tersisa sekelompok remaja yang tengah meregangkan otot-ototnya. Pak Tegar tadi pamit sebentar ingin menjenguk ibunya di rumah sakit dan berakhir lah mereka di sini menunggu wali kelas IPS 5 tersebut kembali.

Ersya memejamkan kedua mata saking lelahnya. Ia menggerakkan leher ke kiri dan kanan hingga terdengar suara patahan samar. Tenggorokan sudah sangat kering. Suaranya sudah mau habis karena berteriak sepanjang hari. Sekarang ia tahu kenapa Jena tidak mau merekrut karyawan apapun.

"Gue agak nyesel promosiin ke Insta."

"Mana rata-rata yang dateng dekel," sahut Farzan sembari mengipasi lehernya.

"Ya bagus sih, biar rame juga kafenya."

"ANJIR, CACA. SUARA LO KENAPA? ABIS NELEN KODOK, YE?"

"Gara-gara lo semua, Bego. Susah banget diatur," tuduh Ersya dengan suara setengah seraknya.

"Yekan kita kagak pernah kerja di tempat beginian. Kita mah seringnya open onlyfans."

"Yoi, up sejuta sekali pakai."

"Bajingan," maki Farzan sembari menggeplak kepala Ardi dan Andra. "Murah bener."

"Gapapalah, tar lama-lama naik. Lo mah kagak tau tentang strategi marketing."

Andra mengangguk setuju. "Tar linknya dititipin ke Repan, juragan anu tersayang."

"Apaan, Tolol," balas Revan langsung membuat kedua orang tersebut tertawa keras.

"Terus tar pake special guest. Asep, Dio, sama Alpa ganti-gantian biar kagak bosen."

"Halah. Lo pada juga kalo open gak bakal ada yang subs."

"WAH!" Andra tiba-tiba menggebrak meja dan berdiri, menunjuk Ersya dengan raut wajah tak percaya. "Remeh lo, Sya."

"Gak tau aja dia sebenernya kita punya dark side."

"Dark side kepala lo item. Diem lo berdua, gue capek mau tidur bentar." Ersya mengambil jaketnya dan menutupi wajahnya. Memilih untuk tidak membuang waktu dengan menanggapi celotehan Ardi dan Andra, lebih baik ia memulihkan seluruh badannya.

"Kalian istirahat aja. Biar dapur gue yang beresin," suruh Dara yang diacungi jempol oleh yang lain. Kemudian ia segera berdiri dan beranjak ke area dapur.

Area dapur tidak terlalu kotor ternyata. Hanya terdapat beberapa piring, gelas, serta sendok bekas pengunjung terakhir. Dara mengambil sarung tangan cuci dan memakainya. Setelahnya, ia mencampur sabun cuci piring ke air dan meremas spons di dalamnya untuk menghasilkan busa.

Untuk beberapa saat hanya terdengar suara dentingan piring, gelas, serta sendok dan air yang mengalir beradu dengan peralatan makan. Keadaan yang sepi membuat Dara melamun tanpa sadar. Dan entah darimana datangnya, ia malah kepikiran perkataan Kevin tempo lalu.

"Gue bilang ini bukan untuk ikut campur atau gimana, Ra. Gue peka sama apa yang dilakuin teman-teman lo. Gue cowok, gue juga tau gimana rasanya."

Memang, sih. Dara mengakui bahwa teman-temannya agak posesif dengan para cowok luar yang berdekatan dengan dirinya. Dibilang risi juga sepertinya tidak, karena memang ia tidak punya hal apapun yang harus disembunyikan dari mereka. Anggaplah Dara naif, menganggap bahwa hal itu biasa. Karena bagaimanapun dirinya kadang juga melakukan hal yang sama. Dalam kasus Asep contohnya.

Tapi, yang paling tersemat dalam pikiran Dara adalah,

"Cewek dan cowok temenan, apalagi dalam jangka waktu yang terbilang lama, agak mustahil kalo gak ada rasa satu sama lain. Mentoknya salah satunya, lah."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now