-30-

15.9K 1.2K 7
                                    

Bahkan sekembalinya mereka dari Jepang, Matthew dan Amber masih tidak tahu siapa yang mengirimi wanita itu pesan misterius. Di sepanjang perjalanan Matthew tidak henti-hentinya menasehati Amber lain kali ia tidak boleh  sembarang membalas pesan asing atau bahkan mengikuti perintah orang itu.

Tapi Amber bukannya tidak mendengar, bahkan ia sempat mengganti nomor tetap saja nomor yang sama menghubunginya. Seperti saat ini ia sedang bersantai di belakang rumah sehabis beres-beres. Ponselnya berbunyi.

Amber mengelus perutnya menatap ponsel itu dengan bingung, ingin ia mengabaikan saja seperti yang sudah-sudah tapi ia juga penasaran mau orang itu apa.

Click

Ia mengangkat.

Tidak ada suara, Amber juga tidak mengeluarkan suara mereka diam satu sama lain.

Tut Tut Tut

Panggilan itu mati lagi.

Ding

Pesan singkat masuk

"Aku rindu."

Otomatis Amber melempar ponselnya jauh. Terkejut. Untuk pertama kali pesan itu begitu terang-terangan. Biasanya hanya menanyakan kabar. Mau tidak mau ia harus melapor pada Matthew.

Ia memungut ponselnya lagi untuk melihat pukul berapa ternyata masih jam sebelas dan Matthew masih lama pulang. Ingin rasanya ia menghubungi pria itu tapi tadi pagi Matthew sedikit cerita kalau ia akan memiliki hari yang panjang.

Akhirnya Amber memilih untuk mengabaikannya saja kali ini untuk yang terakhir kali ia biarkan saja dulu.

***

"Ryu!" Panggil Amber ditengah kesibukannya menyiapkan makan malam. Matthew memang lembur tiba-tiba jadi hanya mereka berdua.

Angannya Amber ingin menghibur pria itu dengan memasakkan makanan yang bergizi tapi banyak bahan makanan yang habis.

"Ryu!!" Panggilnya lagi.

"Aku datang!" Ryu membalas berlari dengan kondisi handuk melilit di pinggang. Ia baru selesai mandi dan wanita itu berteriak.

Tentu saja Amber kaget. "Apa aku mengganggu mu?" Ia sungkan.

"Tidak juga, ada apa mom?" Tanya bocah itu mendekat. Dia memang sudah membiasakan begitu. Bukan karena keinginan Amber tapi paksaan Matthew yang pernah mendapati kelakuan mereka yang saling memanggil nama.

"Bisakah kau menemaniku membeli beberapa makanan di market." Pintanya.

"Tentu saja mom." Ia menanggapi. "Setelah aku berganti pakaian." Ujarnya berlari menuju kamarnya.

Melihat antusias Ryu membuat Amber merasa lega. Ternyata anak itu tidak keberatan menolongnya.

Ia merogoh ponselnya mencoba menghubungi Matthew untuk izin keluar. Tapi tiga kali pria itu tidak mengangkat mungkin sibuk.

Akhirnya ia memilih mengirimkan pesan saja.

***

Hamil tidak semudah yang Amber pikiran, ia tahu sejak awal itu sulit bahkan melihat orang-orang disekitarnya dulu sering mengeluh. Tapi ia tidak tahu akan sesulit ini. Dengan ringkih ia mengusap punggungnya yang kebas karena membawa beban ditambah lagi belanjaan mereka belum selesai.

"Ingin istirahat dulu?" Tawar Ryu.

"Tidak usah, belanjaannya masih banyak." Akunya merutuki keputusannya untuk belanja bulanan sekalian.

Ryu memeriksa catatan yang Amber letakkan di trolley, ia melihat area sekita kemudian mengangguk kecil. "Aku bisa belanja sendiri. Mom duduklah disana." Katanya menunjuk sebuah cafe kecil.

Pengasuh Pierre [ END ]Where stories live. Discover now