-21-

15.9K 1.4K 8
                                    

"Jika anda menyetujuinya-"

"Jangan berani-berani nya kamu melakukan itu." Urat-urat leher Matthew tercetak jelas mengetat menahan rasa marah, ia benar-benar tidak pernah berpikir demikian.

Dirinya memang berharap mereka tidak sampai ke jenjang itu, dan kalau bisa selamanya tapi meski begitu ia tidak pernah sama sekali berpikir untuk memusnahkan darah dagingnya sendiri.

Amber jelas menunjukkan ekspresi ketakutan, ia tidak pernah melihat Matthew marah padanya, lagipula ia mengatakan hal itu karena pria didepannya itu terlihat sangat membenci kondisi saat ini.

"Kamu beristirahatlah." Matthew tidak mau lepas kendali dan akhirnya keluar dari sana dengan membanting pintu hingga Amber dibuat hampir jantungan.

.
.

***

.
.

Acara itu diselenggarakan di dalam aula yang cukup luas, dan Amber bersyukur jika antara ruangan laki-laki dan wanita itu dipisahkan jadi ia tidak merasa diperhatikan, ia duduk di sofa sudut ruangan Karena merasa lelah berdiri terlalu lama.

Untung saja rasa mual nya tidak kambuh lagi setelah ia mengkonsumsi vitamin yang diberikan dokter pagi tadi, ia merasa lebih baik.

Irisnya yang berwarna coklat gelap melirik beberapa kumpulan tidak jauh darinya yang bercerita ria, ia tidak menemukan mertuanya juga Yuki- ibu Ryu, bahkan Ryu belum sekalipun ia temui ketika anak itu sudah diberitahu kondisinya.

Rosaline membawa Ryu pindah resort karena takut jika akan mengganggu Amber, padahal ia baik-baik saja dengan Ryu disana tapi bocah itu sepertinya ingin pergi sendiri.

Ia merasa jika Ryu juga kecewa dengan dirinya buktinya ekspresi anak itu berubah ketika ia mengambil kopernya menghindar menatap dirinya, ia juga tidak mau menjawab pertanyaannya.

Ryu pasti sangat marah.

"Hello." Seorang wanita menyapa Amber diikuti dua orang lainnya.

Amber tidak mengenalnya tapi sepertinya mereka adalah orang penting juga.

"Hi." Amber berdiri dari duduknya.

"Menantu Sir. Josh?" Wanita itu memastikan.

"Amber." Ia menyodorkan tangannya untuk berjabat satu persatu.

"Maria," Wanita itu menyebut namanya. "Arin dan Wendy " kemudian memperkenalkan dua temannya.

"Berarti kamu istri Sir Matthew?" Arin sedikit terkejut.

Amber mengangguk.

"Sudah kubilang kalau dia adalah menantunya nyonya Rosaline." Kini Wendy terlihat puas.

Wanita bernama Arin itu masih saja tidak percaya. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau mereka membawa menantu barunya padahal mantan menantu mereka jelas-jelas disini."

Maria menyikut tangan Arin karena wanita itu sedikit keterlaluan. " Itu urusan mereka." Ia mencoba mencairkan suasana.

"Kamu sendirian?" Wendy bertanya lagi karena alasan mereka menemui wanita itu untuk mengajaknya bergabung karena mereka perhatikan Amber tidak memiliki teman bicara sama sekali.

"Yeah, sepertinya." Amber menjawab jujur.

"Ingin bergabung?" Tawar Maria.

"Bolehkah?"

"Tentu saja."

.

***

.

Pengasuh Pierre [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang