-02-

24.1K 1.9K 7
                                    

Biarlah ia terlihat mengenaskan dengan mata membengkaknya sembari berdiri di hadapan dua pria dimana pamannya menyeretnya.

Ia mengenal pria yang hampir semua rambutnya memutih dan juga tiga gigi emasnya, terkadang pria tua itu adalah penyebab dirinya dipukul habis-habisan oleh paman Peter karena pamannya berhutang pada pria bernama Bobby itu.

Kemudian ia melirik pria berstelan jas maroon yang duduk disebelah Bobby, wajahnya tidak asing tapi tetap saja wajah pria itu tidak ramah.

"Ada apa kemari Peter?" Bobby bertanya penasaran pada pria yang mencari kekacauan di barnya tadi sebelum dipanggil padahal ia sudah menyuruh menunggu.

"Aku ingin menjual perempuan ini, beri aku harga yang bagus."

Amber tau Peter tidak pernah membuatnya merasa senang meski dengan ucapan pamannya itu tapi belum pernah ia merasa setakut ini ketika pria itu menawarkan dirinya seperti barang.

Menjadi prostitusi tidak pernah muncul dibenaknya, jika saja pamannya mau membiarkan dirinya bekerja Amber pasti bisa membantu hutang pria itu tapi pria itu takut ia kabur. Padahal ia sudah menyelesaikan kuliahnya dengan baik meski banyak absensi tidak hadir karena kondisi kritis tubuhnya yang tidak bisa ia paksa.

"Aku tidak bisa menjamin kalau harganya bagus, tapi apa Amber mau kau jual?" Meski Bobby adalah orang yang buruk tetapi pamannya tetaplah memiliki perangai terburuk.

"Aku tidak peduli." Jawabnya tidak merasa bersalah membiarkan Amber semakin bergetar ketakutan.

"Apakah pria itu sedang mencari wanita?" Peter menunjuk pria berstelan maroon tadi.

Bobby menahan tawanya, entah apa yang lucu.

"Sayangnya tidak, dia mencari seorang pengasuh untuk anaknya." Ujarnya kemudian.

Peter berdecih. "Aku tidak peduli harga yang di tawarkan, tapi aku bisa menjamin jika perempuan sialan ini masih perawan." Ia memukul kepala Amber yang meringis karena sakit di kepalanya belum sembuh.

"Bisakah kalian keluar, kami masih ingin berbicara sesuatu." Matthew tidak suka melihat penindasan apalagi wanita lemah daripada ia menyaksikan dan tidak bisa melakukan apapun lebih baik ia mengusir nya.

Peter meludah sebelum akhirnya beranjak menarik tangan Amber untuk mengikutinya, tapi wanita itu sedikit tertahan ditempatnya menatap pria maroon tadi dengan putus asa.

"Apa yang kau lakukan, ayo pergi." Peter tidak suka mengulang kalimatnya.

"Bisakah aku bekerja untukmu sebagai seorang pengasuh." Ia mengeluarkan segenap keberaniannya.

"Maaf, aku tidak bisa." Matthew membalas datar.

Amber mendesah, ini adalah harapan terakhirnya.

"Apa saja akan ku lakukan." Ia sedikit menaikkan suaranya. "Jika kau menyuruhku untuk menyerahkan nyawaku untukmu aku akan melakukannya."

Amber dapat merasakan jika pamannya mulai tidak sabar menunggunya.

"Please." Ia memohon.

Matthew tidak menjawab karena merasa jawabannya tadi sudah jelas.

"Amber keluarlah kami masih memiliki urusan. " Bobby mengintrupsi karena tidak tahan melihat Peter yang memiliki wajah menyebalkan.

"Please Sir. " Untuk terakhir kali ia ingin mencoba meski Peter terus menariknya untuk keluar.

Ia menghempaskan tangannya dan terlepas dari Peter kemudian  berjalan mendekati pria berpakaian maroon itu dengan putus asa.

"I can't live here anymore, please take me. I will die for you. Karena mati lebih baik daripada aku harus hidup disini." Ia menunduk meremas bajunya dengan buku-buku jari yang sudah memucat ketakutan.

Pengasuh Pierre [ END ]Where stories live. Discover now