-07-

20.3K 1.8K 15
                                    

Sudah tiga hari ia tidak melakukan apapun, tidak mengurus Ryu dan tidak mengurus pekerjaan rumah. Untung saja Aunt Doris sudah kembali dan membantu dirinya.

Hari ini ia sudah bisa beraktivitas kembali meski tidak boleh terlalu lama, begitulah dokter Phoebe menyarankan wanita itu sampai-sampai dipanggil ke rumah Matthew untuk memeriksakan dirinya tiga hari kemarin.

Ia keluar dari kamarnya dan menemukan dua majikannya itu sedang serapan bersama.

"Ingin ku buatkan sesuatu?" Aunt Doris menawarkan dan menarik kan dirinya kursi.

"Aku akan makan nanti Aunt Doris." Ia sungkan .

"Makan saja." Hingga Matthew menyuruhnya dan ia pun langsung mengambil tempat duduk.

Ia menyesali perbuatannya yang keluar dari kamarnya tapi sudah terlanjur maka ia hanya bisa menikmati sandwich khas milik aunt Doris.

" Apakah masih sakit?" Ryu bertanya tiba-tiba padahal bocah itu sama sekali tidak ada menjenguknya beberapa hari bedrest.

"Tidak lagi." Jawabnya dengn tersenyum tipis. "Apakah kamu baik-baik saja tanpaku?." Ia menggoda bocah itu.

Ryu mendengus. "Jauh lebih baik." Ujarnya membuat Amber mengeluarkan suara menglenguh.

"Aww, I am so sorry Karena mempersulit mu selama ini." Ia hanya bercanda dan membuat-buat wajah menyesal.

"Aku hanya bercanda." Ryu merasa bersalah setengah berbisik. "Rumah ini sunyi tampa suara teriakan mu." Akunya

Matthew tidak bisa menahan tawanya melihat wajah kelabakan Ryu. Amber juga ikut tertawa.

"Dad." Bocah itu mengeluh.

***

Sebulan berlalu dan ia benar-benar merasa sembuh dari semua sakit di tubuhnya yang dulu masih nyeri, bukan ia tidak melakukan apapun Mr. Pierre selalu menemani dirinya untuk melakukan check up dan treatment.

Sekarang juga dirinya tidak begitu sulit untuk mengajak Ryu berbicara karena bocah itu sendiri yang sering mulai mengajaknya bicara meski ia kadang hanya bisa mengelus dada kalau Ryu mengeluarkan kata-kata pedasnya.

Apalagi anak itu terlalu terobsesi pada ayahnya dan mempertahankan hubungan Amber dengan ayah Ryu. Itu terjadi setiap kala Ryu menemukan ia dan Mr. Pierre sedang berbicara sesuatu atau mereka habis pergi melakukan sesuatu di luar bukan bermain melainkan hanya untuk berbelanja atau bahakan ke rumah sakit.

Ryu akan selalu menanyakan hal yang sama atau memperingatkan dia agar tidak menyukai ayahnya dan tentu saja. Amber akan mengangguk pasrah lagipula ia tidak mungkin menyukai pria itu atau pria siapapun.

Ia terlalu insecure untuk membiarkan dirinya jatuh cinta.

Ia takut jika ia jatuh cinta dan teralu menyandarkan dirinya pada seseorang ia akan sakit hati jika tidak berjalan lancar atau sebut saja ia akan sangat terpukul jika ditinggalkan.

Amber sering ditinggal sosok yang ia sayangi dan ia tidak mau merasakan untuk kesekian kali.

Ia berkomitmen untuk terus menjadi pengasuh Ryu bekeja pada pria yang begitu baik itu, ia tidak bermain-main kala mengatakan dia akan melakukan apapun untuk Mr. Pierre.

Bahkan jika pria itu menyuruhnya untuk bertahan seumur hidupnya disana ia akan tetap disana bersama mereka tanpa menikahi siapapun.

Karena di mata Amber, Matthew lebih berhak atas dirinya dibandingkan dirinya sendiri.

"Oi, omelette nya gosong." Ryu menyadarkan Amber dari lamunannya.

"Wah!!" Ia langsung mengangkat wajannya dengan kelabakan mematikan kompor itu dan menyiramkan sedikit air untuk meredakan panas hingga banyak asap.

Ia menatap omelette yang mengenaskan itu iba, bagaimana ia bisa lupa kalau ia sedang memasak.

"Aku akan memasak yang baru. " Ia tersenyum canggung menatap ke arah Ryu yang memasang wajah datar karena memang bocah itu sedang kelaparan.

"Kita makan di luar saja." Ryu turun dari kursinya berjalan menuju kamarnya mengambil jaket dan melihat itu semua Amber juga langsung bergegas.

"Kamu yakin?" Amber memang tahu Ryu tidak suka makan di tempat orang ramai.

"Yeah, dan aku juga ingin membeli beberapa perlengkapan untuk besok."

Amber tahu jika Ryu memaksakan dirinya untuk makan di luar karena khawatir dengan Amber. Ia sering mendapati bocah itu mengaku padanya tapi jika terus seperti ini harga dirinya bisa tercoreng karena membiarkan anak kecil seperti Ryu mengalah pada dirinya.

"Kita akan mencari cafe yang sunyi." Ia menawarkan dan Ryu mengangguk.

Ia melihat bocah itu berjalan didepannya, ia heran mengapa Ryu sangat suka berjalan jauh darinya padahal mereka sedang berada di keramaian dan biasanya juga anak kecil lebih suka digandeng karena takut terpisah seperti beberapa pasang ibu dan anak yang berpapasan didepannya.

Amber menarik nafas gugup ia akan mencobanya jika Ryu menepis dirinya lagi ia pasrah, maka dari itu ia memberanikan diri berjalan disebelah Ryu dan mengambil tangan bocah itu.

Ia merasakan jika Ryu sedang memelototi dirinya.

"Lepaskan, aku bukan anak kecil." Ia sudah menduga kalimat itu tapi anehnya Ryu malah memegang tangannya erat.

Amber menahan senyumnya.

"Aku takut jika aku tersesat." Biarlah ia yang terlihat kekanak-kanakan.

Ryu mendesah. " Baiklah aku akan memegang tanganmu agar kau tidak hilang."

Ingin rasanya Amber tertawa lepas mendengar kalimat aneh itu dari mulut anak kecil disisinya tapi ia harus menjaga mulutnya agar tidak membuat Ryu marah padanya.

*

Tapi amber tetaplah Amber, karena ia selalu tidak cekatan mencari lokasi, dan akhirnya bocah disebelahnya harus turun tangan. Mereka sudah berjalan jauh setelah naik taksi dari rumah ke perkotaan tapi tetap saja ia tidak menemukan cafe makanan halal.

"Disekitar sini memang tidak ada, kita harus ke dekat tempat kerja dad." Ryu menghiburnya dan itu tidak membuat Amber merasa baik karena lagi-lagi ia kalah telak oleh anak kecil.

Sesampainya disana mereka langsung memesan meja untuk berdua, ia mengambil menu yang terbilang memiliki harga yang lumayan lebih mahal dari biasanya.

"Kau membawa uang?" Ryu bertanya dengan curiga.

Amber mendengus. "Black Card ayahmu selalu di dompetku."

"Seharusnya dad  lebih jeli jika ingin memberikan kartu kreditnya." Bocah itu cari masalah.

"Yeah yeah, sayangnya ayahmu selalu menyuruhku menggunakan lebih." Ia tidak berbohong.

"Berhenti memanjakan dirimu didepan ayahku."

Lihatlah Amber malah di tuduh yang tidak-tidak.

"Pesan saja makanannya." Ia mengalah.

Ryu setuju ia memilih makanan favoritnya kemudian memanggil pelayan yang tidak jauh dari mereka Amber juga sudah selesai.

Kini hanya mereka berdua duduk disana dengan diam enggan membuka mulut karena terlalu lapar mungkin, ini sudah hampir jam tiga sore dan mereka belum makan siang.

Amber menatap ke arah jalan yang bisa dilihat dari dalam. Matanya memandang orang-orang yang tidak berhenti berlalu lalang hingga kedamaian itu terusik oleh panggilan Ryu yang gusar.

"Amber! Amber!"

"What!" Ia sedikt kesal dan ketika melihat ke arah bocah itu kini Ryu sudah menutup wajahnya separuh dengan buku menu.

"My dad is here."

Amber langsung memutar kepalanya dan mencari kesegala arah, benar saja ia menemukan pria itu sedang duduk tidak jauh dari mereka.

Ia menyipit melihat sosok itu yang tidak sendirian, ia duduk bersama seorang wanita.

"Siapa wanita itu?" Ia dan Ryu mengatakan kalimat yang sama.

Ryu mendelik. "Jangan berani-beraninya kamu cemburu."

Amber padahal hanya penasaran.

"Kamu yang terlihat sedang cemburu." Ia membalas bocah didepannya.

Pengasuh Pierre [ END ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz