-28-

15K 1.4K 5
                                    

"Makannya pelan saja." Amber menerima elusan dikepalanya dari ibu mertuanya yang baik, ia mengangguk kecil mengunyah makanan yang dibawakan Rosaline itu, ini sudah hari ketiga ia disana dan merasa cukup baikan.

Matthew masih saja menghindar dan tidak berbicara banyak, tapi Amber sangat tahu begitulah cara pria itu menunjukkan rasa bersalahnya mengingat bagaimana karakter Matthew.

"Hari ini tinggal di rumah mom dulu ya." Mertuanya memberi saran.

Ia tidak mau menyusahkan siapapun lagi, cukup ia merasa malu membuat kedua mertuanya yang sibuk menghabiskan waktu untuknya. Amber tidak bisa lagi.

"Tidak perlu mom, aku akan pulang saja. Kami masih belum membersihkan halaman belakang." Ia berkata jujur.

"Jangan bekerja lagi, biar Matthew yang menyelesaikan." Rosaline sangat khawatir.

"Tetap saja mom, aku tidak bisa membiarkan dia sendirian."

Rosaline menarik senyumnya lembut, sungguh ia sangat bersyukur wanita itu mau dengan Matthew. "Terima kasih sudah berkorban banyak untuk anakku."

Mungkin karena sudah  melewati banyak hal makanya ibu mertua begitu sensitif, Seperti sekarang Amber hanya mengusap pipi wanita yang sudah berkerut banyak di wajahnya dengan ibu jarinya ketika ia meneteskan air mata.

Meski sudah mengenal mereka hampir setengah tahun ia tetap tidak bisa mengetahui dengan baik keluarga Matthew. Rasanya masih jauh dan Amber juga merasa jika ia bisa dibuang kapan saja mengingat jika Matthew tidak pernah menganggapnya serius.

Amber sedikit merasa terenyuh mengingat jika pada hakikatnya ia tetap sendirian, rapuh dan lemah. Ia hanya bisa bersandar pada keluarga Matthew persis seperti yang Asahi bilang dulu.

Teringat pria itu ia mengingat juga apa yang membuatnya masih kepikiran saat ini, bersandar pada Matthew adalah kesalahan. Amber bisa menerima itu setidaknya ia tidak lagi rusak secara fisik. Ia tidak apa merasa terluka didalam hati karena hanya ia yang menyadari dan tidak dapat dilihat oleh orang lain. Berbeda dengan fisik.

Lagipula ia tidak memiliki lapak lagi untuk dipukul mengingat tubuhnya dipenuhi bekas.

.
.

****

.
.

Setelah mengantar Amber pulang, Matthew masih menyibukkan diri untuk membersihkan stok makanan yang ia beli bersama Ryu sepulang kerja tadi. Ia tidak sempat mengajak wanita itu berbicara, meski ia juga ingin memperbaiki situasinya tapi ia belum menemukan topik yang sesuai.

Srek.

Matthew memutar kepalanya mendengar suara lain dari belakangnya ketika ia memberishkan lemari dan ia cukup kaget menemukan Amber sedang sibuk menyusun beberapa pantry yang entah sejak kapan, apa wanita itu ninja? Ia bahkan tidak sadar jika ada langkah kaki.

"Kamu istirahat saja." Tegurnya tapi tidak beranjak.

"Aku akan membantu anda." Amber memang sangat penyegan dan suka membalas jasa.

Oleh karena itu Matthew memilih tidak berdebat dan membiarkan wanita itu membantunya menyusun stok makanan itu.

"Ryu bilang dia akan pindah sekolah didekat sini." Matthew tidak tahan diam lebih lama.

"Hm." Wanita itu menggumam.

"Aku akan menyewa supir untuk bisa kalian gunakan selama aku bekerja."

"Hm."

Matthew berkacak pinggang, ia berbalik menatap Amber yang memasang wajah serius memindahkan beberapa bumbu ke toples.

Ia ingin marah karena tidak dijawab serius tapi wajah wanita itu yang sedang berkonsentrasi membuatnya harus menahan diri.

Pengasuh Pierre [ END ]Where stories live. Discover now