-29-

15.7K 1.3K 24
                                    

Keberangkatan mereka ke Jepang harus diundur hingga kandungan Amber cukup kuat agar bisa melakukan perjalanan jauh dan itu membutuhkan waktu dua bulan.

Dua bulan berlalu dan akhirnya mereka di Jepang, berdiri menunggui jemputan mereka di bandara Narita bandara internasional negara yang terkenal dari bunga sakuranya itu.

Mereka terlihat lelah, sebenarnya Matthew tidak ada dalam daftar di jemput oleh Asahi dan pria itu tidak tahu jika ia ikut. Lagipula Ia tidak sudi membiarkan Ryu terlalu lama di Jepang takut anaknya itu keenakan di manjakan disana mengingat jika mantan ayah mertuanya garis miring kakek Ryu begitu menyayangi Ryu selaku cucu satu-satunya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Asahi menatap horor ke arah Matthew ia terlihat tidak senang dari suaranya.

Berbeda dari pria itu justru Matthew memasang wajah puas karena berhasil membuat Asahi kesal setengah mati melihat dirinya disini, di Jepang.

Terakhir kali ia kemari adalah dulu ketika Amber masih awal-awal menikah dengannya dan mereka belum dekat. Saat itu hanya perjalan bisnis tiga hari dan mereka tidak sempat mengunjungi siapapun.

.
.

***

.
.

Amber pikir keputusan Matthew membawanya adalah hal paling tidak masuk akal yang di lakukan pria itu mengingat jika kediaman yang ia masuki itu adalah kediaman mantan mertuanya tapi ia sungguh salah besar ketika membayangkan banyak pria bertato mengingat mereka adalah Yakuza karna yang ia temui ialah seorang pria tua renta yang tersenyum hangat padanya.

Pria tua yang bernama Ashura itu hanya bisa berbicara dengan bahasa Jepang dan ia hanya berbicara pada Matthew dan Ryu yang memang fasih dengan bahasa ibu Ryu itu. Sesekali ia menebak jika ia menjadi bahan perbincangan melihat kakek Ashura itu melihat kearahnya dan tersenyum.

"Beliau bilang kalau kau adalah wanita yang baik." Matthew berbisik disebelah Amber menerjemahkan kalimat terakhir pria tua itu.

"Terima kasih." Amber membalas menunduk malu.

.

****

.

Amber tidak pernah merasa nyaman tidur ditempat asing karena ia memang jarang melakukan itu, dan sekarang ia juga kesulitan memejamkan matanya padahal jam di ponsel barunya sudah menunjukkan pukul satu. Ia melirik Matthew yang tertidur pulas. Satu diantara kebiasaan Matthew yang ia hafal adalah majikannya itu mudah tidur dimana saja. Bahkan jika ia dalam keadaan duduk.

Ditambah lagi Matthew bukan tipe orang yang mudah bangun. Jadi ia sedikit kebingungan akan melakukan apa.

Drrttt drrttt

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.

[Keluarlah, aku menunggumu ]

Amber mengernyit melihat pesan singkat dari nomor asing itu. Ia tidak mengenal siapapun disini. Jadi untuk apa. Kemudian ia teringat dengan Asahi. Pria itu sangat membenci dirinya, apa ini nomornya?

Amber mengambil posisi duduk, ia menoleh ke arah Matthew lagi yang begitu terlelap di balik selimut hangatnya.

Sebenarnya ia ragu apakah ia harus keluar atau tidak. Tapi ia takut jika Asahi semakin menaruh dendam padanya. Oleh karena itu terbesit niat untuk menemui pria itu dan menyampaikan bahwa dirinya bukan orang jahat.

Pengasuh Pierre [ END ]Where stories live. Discover now