Cella memicingkan matanya pada kedua cewek itu. Bukan heran tentang keterdiaman Dena karena dia memang sangat irit ngomong tapi entah sebab apa yang membuat suasana agak canggung. Cella bisa melihat dinding tipis tak kasat mata membatasi keduanya hanya dengan melihat pandangan Freya pada Dena.

Sementara itu Zelline masih tidak menyadari suasana aneh yang merebak dan memakan snacknya sambil membaca novel.

Cella mengeluarkan ponselnya.

[ Grace : Pulang sekolah ke taman belakang ada yang mau gue tanyain]
06:37


Cella tidak melihat ponselnya lagi setelah itu. Dia memilih membaca novel yang belum ia selesaikan minggu lalu agar bisa tenang membeli novel baru untuk akhir pekan ini.

Zelline yang sudah terlarut ke dalam cerita fiksi di tangannya terlihat emosional hingga hidungnya memerah. Jika saja yang lain tidak tahu kebiasaannya yang sering terbawa alur cerita mungkin seluruh teman sekelasnya akan sangat panik saat ini.

Dena juga mengeluarkan buku kimia dari tas dan membaca materi tanpa suara. Secara keseluruhan dia tidak tampak peduli pada Freya yang kini menelungkupkan kepalanya di meja. Padahal tanpa ia sadari berulang kali matanya melirik Freya cemas. Sejujurnya dia belum pernah berselisih paham dengan orang lain karena dia selalu menghindarinya dengan pemikiran bijak dan dewasa jadi ini pertama kalinya ia dibuat kalang kabut oleh hawa perselisihan Freya.

❇❇❇

So? Kenapa lo terima ajakan Ansel buat ketemu di labkom? ” Cella menaikkan sebelah alisnya begitu Dena selesai menceritakan kejadian tadi pagi. Ia berdiri di depan Dena setengah berdandar pada pohon mapel di belakangnya. Sementara itu Zelline dan Dena duduk di bangku panjang.

Dena mendesah, “ Gue pikir Freya ga bakal tau. Lagian labkom itu kan ruangan paling pojok di lantai teratas, gak mungkin—— ” mata Dena refleks melebar.

Zelline berdecak, “ Udah tau apa yang salah? ”

Dena mengusap wajahnya kasar dan mendesah frustasi, “ Gue bego banget, sih! Arrgghhh kenapa gak kepikiran dari awal?! ”

“ Lo nya juga yang batu. Udah tau Ansel cowok kayak gimana lo gak cerita ke Freya, malah cerita ke gue sama Zelline yang jelas gatau Ansel tuh kek gimana orangnya. ” Cella membuka roti coklatnya lalu menggigit dalam satu gigitan besar.

Zelline mengangguk, “ Gue juga sepemikiran sama Cella. Kalo aja dari awal lo ngasih tau Freya pasti kejadiannya gak bakal kayak gini. Kalo udah gini kan dia gak bakal mau percaya sama lo sekalipun lo bawa bukti-buktinya. ”

Dena kehilangan ketenangannya dan menutup seluruh wajahnya dengan tangan. “ Haahhh gue gatau bakal ada kejadian kek gini, terus gue harus gimana dong? Gak mungkin ngasih tau dia yang sebenernya sekarang, lebih ga mungkin juga deketin dia yang lagi kayak gini. ” ucapnya dengan nada frustasi.

Tak hanya Dena yang tengah memikirkan jalan keluarnya. Cella dan Zelline juga ikut berpikir keras. Kesunyian di antara mereka bertiga sangat mencekam sampai tak ada yang berhasil membuka suara.

Tiba-tiba Cella menjentikkan jarinya, “ Kenapa lo gak minta bantuan Kenzo aja? ”

Dena mengernyitkan dahinya bingung, ia menatap Cella dengan tatapan meminta penjelsan.

Zelline mendengus. Ni anak kalo uda bijak gitu jadi bijak banget, kalo jadi Pinter ya pinter banget, peka ya gitu, tapi kalo uda bego ga ketulungan sampe Freya aja kalah! Ucapnya dalam hati.

My Daisy ✔Where stories live. Discover now