Side Story

718 38 0
                                    

Awan mendung menutupi sengatan sinar matahari dari atas disertai angin sejuk bertiup menggoyangkan dahan dan daun di depan vila. Jika diperhatikan lebih cermat di atas jendela setinggi dua meter di lantai ada sosok remaja duduk memainkan gitar di tepi kaca. Matanya sesekali melihat keluar memperhatikan gerakan daun diterpa angin. Di bawahnya taman kecil yang ditumbuhi bunga daisy beraneka ragam menyebarkan aromanya dibantu angin.

Tok. Tok. Tok.

" Bang, turun, makanannya udah siap. " suara lembut gadis terdengar dari luar.

Remaja itu menyingkirkan gitarnya lalu membuka pintu. " Ayo. " ucapnya masih tanpa ekspresi.

Gadis itu tidak tersinggung, dia sudah terbiasa dengan sikap minim abangnya. Dengan patuh turun bersamanya. Di meja makan sudah ada wanita cantik dengan baju rumahan menata makanan di meja.

Wanita itu mendongak, tersenyum, " Ayo duduk, kita makan siang, Papa kamu juga panggilin, dek. " ucapnya pada si gadis.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, " Ihh kok adek lagi sih, Ma, Mama aja sana, nanti kalo adek yang jemput yang ada gak keluar-keluar Papa. " rengutnya.

Wanita itu terkekeh. " Yaudah kalian duduk sana biar Mama yang manggil Papa. " ia mendekati putrinya, mencubit pipinya gemas lalu kabur ke ruang kerja di lantai.

Tok. Tok. Tok.

Cklek.

" Turun yuk, anak-anak udah nunggu di meja makan. "

Di belakang meja kerja sosok pria jangkung duduk membaca dokumen di tangannya. Pria itu menoleh melihat istrinya datang ke sisinya.

" Kamu sibuk banget ya, El? " Cella memegang bahu Darel, mengelusnya lembut. Kepalanya condong ke depan menatap sisi tampan suaminya.

Darel menggeleng, tersenyum saat menatapnya, " Nggak juga sih. Cuma agak pusing aja sama proyek di perumahan terbengkalai pinggir kota. " ia meletakkan tangannya di atas punggung tangan Cella, membelainya.

Cella cemberut, membantu memijat pelipisnya dengan tangan lain, " Hmm... Jangan terlalu capek, nanti sakit, loh. " ia terdiam sebentar memperhatikan mata tertutup Darel, " ...atau aku bantu mikirin tentang proyek itu? "

Darel membuka matanya. Mata gelap menatap mata indah di hadapannya. " Proyek robot dengan kecerdasan buatan kamu udah selesai? " bukannya menanggapi ia malah bertanya pada Cella.

Cella mengangguk, " Um. " bibir merahnya melengkung indah, " Robot pertama udah jadi. Dia bisa hidup kayak manusia biasa, bisa berpikir dan melakukan hal-hal sesuai keinginannya. Chipnya tinggal diperbanyak dan tubuhnya bisa dibikin sesuai kebutuhan. " jawabnya dengan semangat.

Darel tertawa, tangannya menggapai kepala Cella mengusapnya sayang, " Pinter banget sih istri aku. "

Cella menampik tangannya pura-pura kesal, " Kamu apa-apaan, sih, aku udah gede tau. Anak aja udah pada SMA. " ucapnya cemberut.

Darel menaikkan sebelah alisnya, " Oh? Tapi di mataku kamu masih gadis cantik yang bikin aku sangat mencintai kamu sampai aku nggak bisa kalo nggak liat kamu sedetik pun. "

" Gombal. " Cella menampar tangannya yang kembali naik ke rambutnya, " Udah yuk, turun. Kasian anak-anak nanti kelaperan gara-gara kelamaan nunggu. "

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang