Hari Penuh Kejutan (2)

468 31 0
                                    

“ Aku selalu percaya padamu karena aku yakin kamu tidak akan pernah mengkhianatiku. ”

❇Zelline Azkia Dirgantara

|*|
|*|
|*|

“ RAV TUNGGU! ” teriak Zelline keras dari kejauhan menghentikan Rav yang akan menyalalakan mesin motornya. Ia berlari kecil mendekati Rav dengan napas sedikit tersengal. “ Hosh hosh... Huu hahhhh ” Zelline menarik napas panjang.

Rav mengernyitkan dahinya hingga berkerut halus, “ Napa lo? Tumben amat. ” tanyanya heran. Lalu menyeringai nakal saat sebuah ide melintasi kepalanya, “ Oohhhh gue tauu lo pasti mau nyatain perasaan lo ke gue kan? Gue bener kan? Ah, udah gue duga, pesona seorang Rav itu memang nggak ada tandingannya hahaha ”

Zelline memukul kepala Rav menyadarkan cowok itu dengan tatapan jijik. “ Lo gak usah narsis bisa gak si? Geli tau gak kuping gue dengernya. ” tukasnya jengkel dengan napas  masih setengah teratur.

Rav nyengir kuda, “ Ya maap, becanda gue. Ada apaan emang sampe lo nyariin gue? ”

“ Mmmm... ” Zelline jadi ragu mengutarakan niat baiknya tapu sayangnya ia tak punya pilihan lain... “ Rav... ” panggilnya ragu. Rav bergumam penasaran sambil memandangi cewek itu.

“ Anu... Jadi cowok pura-pura gue ya, pleaseee. ” pinta Zelline memelas dengan suara tercekik dan sangat kecil. Kepalanya menunduk malu.

Rav kaget dengan permintaan Zelline hingga matanya melotot menatap cewek itu. Ia mengelus dagunya yang tidak ditumbuhi janggut memikirkan ucapan Zelline lalu memilih bertanya, “ Alasan? ”

Zelline mengangkat kepalanya cepat, matanya redup, “ Harus ya? ” tanyanya sambil memasang wajah sesedih mungkin.

Rav mengangguk tanpa kompromi tak lupa menghindari tatapan menyedihkan Zelline, “ Kalo lo jujur langsung gue iyain. ” janjinya.

Melihat tatapan Rav membuat keraguannya terkikis sedikit demi sedikit dan perlahan memberitahu semua yang terjadi Jum'at lalu. Selama bercerita ia mengamati raut Rav yang semakin aneh dan tersenyum sendiri saat mendengar namanya disebut.

“ Terniat banget ya lo ngibulnya, pantes aja malem Sabtu kemaren gue bersin-bersin gak jelas. ” komentar Rav setengah bersungut-sungut karena ia sampai dipaksa minum obat flu sama Mamanya.

Zelline meringis kikuk mendengar respon tak bersahabat Rav.

Rav menepuk kepalanya ringan, “ Udahlah, ayok ikut gue ke toko kue langganan nyokap biar cepet jadi kuenya. ”

Zelline mengkerjap, “ Lo gak marah lagi? ” tanyanya polos.

Rav merengut, “ Emang gue bilang kalo gue marah? Udah ayo, daripada lo gak ada kerjaan mending ikut gue. Sekalian kita nyari balon bareng. ” Rav menepuk jok belakang motornya sebagai isyarat agar Zelline duduk di sana.

Zelline naik dengan patuh. Kebetulan ia juga diantar Papa saat berangkat sekolah.

Rav sedikit menoleh ke belakang, “ Pegangan. ” titahnya.

Zelline bergumam seraya mencengkeram dua sisi jaket Rav erat. Tapi kemudian tangan Rav menarik kedua tangannya melingkari perutnya tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

“ Diem. ” tegas Rav membuat Zelline mau tak mau berhenti menggerakkan tangannya dengan tidak nyaman. “ Good. ”

Rav mulai menyalakan mesinnya dan melajukannya keluar dari area parkir sekolah.

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang