Bulan Madu

908 32 1
                                    

“ Bahagia itu sederhana, hanya dengan melihatmu bahagia bisa membuatku ikut tersenyum. ”

❇Darel Ivander Gerald

|*|
|*|
|*|

Esok harinya Cella baru bisa bangun ketika matahari sudah tinggi. Cella menuruni tangga dengan kaos lengan pendek dan celana yang hanya menutupi setengah pahanya. Ia mencium aroma masakan dari arah dapur dan tidak bisa menahan diri menghampiri asalnya.

Cella tanpa sadar menarik ujung-ujung bibirnya melihat Darel berkutat dengan kompor. Ia mendekati tanpa suara lalu memeluk tubuhnya dari belakang.

“ Eh, Grace! ” panggil Darel kaget saat dua lengan kecil melingkari perutnya.

Cella menumpu kepalanya di samping bahu Darel, menatap pria itu dengan kerlingan nakal. “ Morning, hubby! ” serunya manis.

Darel melunak melihat tatapan Cella. Tangannya yang bebas menyentil ujung hidung Cella, “ Morning too, wife. Abis mandi? ” tanyanya melihat rambut basah Cella.

Cella mengangguk-anggukkan kepala, “ He-em. Kamu masak apa? ” ia mengintip teflon yang diisi roti. “ Piza roti tawar? ”

Darel menggaruk pipinya malu, “ Mm... Aku nggak bisa masak selain ini ceplok telor sama masak mi. ” paparnya dengan wajah merah.

Cella tertawa, menepuk-nepuk bahu Darel, “ It's okay, aku malah beruntung banget kamu mau masak buat aku. Apa pun yang kamu masak pasti enak. ” yakinnya.

Darel terhibur melihat wajah Cella yang sama sekali tidak menyalahkannya. Dia membalik roti di teflon dengan satu tangan sementara tangan lain meremas wajah lembut istri kecilnya.

“ Duduk di meja makan, bentar lagi jadi, kok. ” ucap Darel khawatir Cella terciprat oleh margarin panas.

Cella mengangguk patuh, duduk di meja makan kecil di dalam dapur. Ia memperhatikan semua tindakan Darel yang terlihat ringkas dan cepat dan tidak bisa berhenti berpikir kalau dia benar-benar beruntung.

Darel berjalan ke arah Cella dengan nampan di tangannya. Darel meletakkan sebuah piring berisi dua tumpuk piza di depan Cella dan segelas jus apel di sebelahnya.

Cella tersenyum geli, “ Apaan sih, El, kayak lagi nyiapin makanan buat bayi aja. ” Ia bangkit menekan pundak Darel agar duduk di sebelahnya lalu membantu menyiapkan makanan dan minuman. “ Harusnya tuh gini, istri yang ngelayanin suami. ” kekeh Cella melihat Darel cemberut.

“ Tapi kan hari pertama aku yang pengen nyiapin semuanya buat kamu. Apalagi semalem pasti kamu capek banget. ” ucap Darel sedih.

Cella tertawa, “ Nggak capek, kok. Lagian kamu ngelakuinnya masih ngendaliin kekuatan dan nafsu jadi aku sama sekali nggak ngerasa capek. ” matanya menatap Darel serius, berusaha meyakinkan pria itu.

Darel berdehem. Telinganya memerah mengingat malam panas yang mereka lalui. Itu benar-benar... Luar biasa!

Cella tertawa seolah tidak malu sama sekali padahal jika Darel mau mengalihkan matanya pada wajah Cella, wajahnya sudah semerah tomat rebus. Tapi bagaimana dia berani? Ia sendiri malu melihat bercak merah bertaburan di leher hingga lengan Cella.

Cella memgetuk kepala Darel yang masih terlihat linglung, “ Makan, nanti kamu masih harus nganter aku ke makamnya Kakek. ” ucapnya mengingatkan Darel.

Darel menatap wajah Cella, tersipu melihat jejak merah di lehernya kembali menunduk mengubur kepalanya menghadap piring, “ Mmmm... ” gumamnya mendengung tak jelas.

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang