Bicara

645 41 8
                                    

" Percaya? Entahlah. Jangan terlalu percaya sama mata karena kadang suka menipu. Dengar langsung dari mulutnya biar kamu tau kebenarannya. "

❇Aarav Brian Kusuma

|*|
|*|
|*|

[El : Ke rooftop sekarang.]
[El : Aku mau ngomong.]
16:00

" Lo mau ngomong apa? "

Darel menoleh mendapati Cella tiba dengan tas menggantung di bahunya. Darel menepuk kursi kayu di sebelahnya sebagai isyarat agar cewek itu duduk disana.

Cella berjalan lambat menuju kursi di sebelah Darel. Helaan napas panjang terdengar dari bibir mungilnya. " Lo mau ngomong apa? " ulangnya.

Darel diam membisu menatap lapangan basket yang penuh dengan anak-anak berlalu-lalang menuju gerbang. Ia membiarkan angin mengisi keheningan kemudian menoleh mendapati Cella yang masih menatapnya penasaran. Tangan Darel terulur merapikan poni Cella yang tersebar kemana-mana.

Senyum kecil tersungging di bibirnya. " Udah nggak pake aku-kamu lagi sekarang, hm? "

Melihat tak ada respon dari Cella, Darel mencubit pipinya gemas. Cella meringis sambil memelototi Darel yang malah tertawa melihat ekspresinya. Dengan kesal Cella memukul lengan Darel keras meskipun tidak sekeras saat memukul Alvaro tadi.

" Apa si! Gajelas! Ngomong cepet! " sentaknya cemberut.

Darel terkekeh. Ia mencubit hidung mungil Cella, " Kamu mau ikut olimp lagi? "

Cella menggeleng dan mengernyitkan dahinya bingung akan pertanyaan tiba-tiba Darel. " Kenapa? " tanyanya balik.

" Jadi? Tadi aku liat kamu sama Varo pergi dari lapangan bareng terus pas makan di kantin juga kamu ngelusin lengannya dia. Kan aku cemburu. " cicit Darel di akhir kalimat berharap suaranya tidak terdengar sambil meraih tangan Cella dan memainkan jemarinya.

Cella mengulum bibirnya agar tidak tertawa karena ekspresi menggemaskan Darel. Jemarinya terasa agak geli karena dimainkan oleh Darel. Ini kebiasaan Darel kalau sedang malu atau gugup. Selalu seperti ini.

" Tadi kan abis dipanggil Bu Rinjani ke perpus jadi sekalian makan siang bareng aja. Toh gak rugi juga kan cuma makan bareng. "

Darel sedikit membuang muka. Entah kenapa merasa rasa cemburunya mendadak sirna dibuktikan dengan senyum kecil yang tak bisa disembunyikannya.

Cella berbalik ikut bermain dengan jari-jari yang lebih besar dari miliknya itu. " Lo udah jadi mantan aja masih cemburuan? " lanjut Cella menggoda setengah mengolok-olok. Sejujurnya ia ingin sekali menguyel-uyel pipi Darel tapi tangannya masih ditahan oleh cowok itu dan Cella sendiri enggan melepas tautan jemari mereka jadi ia menahan keinginannya itu.

Darel menatap Cella dengan tatapan protes. " Kapan kita putus?! Waktu itu kan kamu yang bilang tapi aku nggak jawab apa-apa! " protesnya.

" Kalo kita pacaran pake keputusan bersama, putusnya juga harus sama-sama mau! Aku gak bilang mau putus dari kamu itu artinya kita belom putus! Paham? " lanjutnya dengan nada dingin.

Seakan tak membiarkan Cella berbicara ia kembali berucap, " Apa perlu aku ulang kalimat pertama kali kita jadian itu? Oke. " Darel berdehem pelan, " " Gracella Fawnia Baylor, mulai hari ini, jam ini, detik ini, lo jadi pacar sekaligus belahan jiwa gue sampe maut misahin kita. Gue janji bakal bikin lo bahagia terus sampe tua nanti dan-- "

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang