Egois

1.2K 44 1
                                    

“ Yang paling menyakitkan bukan karena dia pergi darimu, tapi kamu tau kalau kamu sudah sangat menyakitinya tapi masih berharap dia mau memaafkan dan menerimamu lagi. ”

❇Darel Ivander Gerald

|*|
|*|
|*|

“ ...data statistik selama tiga bulan terakhir semakin meningkat sebesar kurang lebih dua puluh persen setiap minggu. ” Ria, pemimpin bagian pemasaran menunjukkan data naik turun perusahaan selama tiga bulan sejak Cella mengambil alih posisi CEO.

Suasana ruang rapat sangat sunyi dan serius. Cella juga hanya menyimak dan sesekali memberi masukkan setelah satu orang selesai melaporkan bagiannya.

Dua jam kemudian Cella keluar bersama asistennya, Marcel, yang diusulkan oleh Deon. Dia sendiri sangat puas dengan kerja Marcel yang efisien dan selalu sempurna seperti yang diinginkannya.

“ Apa jadwal saya setelah ini? ” tanya Cella sembari memperbaiki blazer hitamnya.

Marcel menjawab tanpa perlu mengecek, “ Pukul dua belas tiga puluh anda makan siang dengan CEO grup G. ”

Cella mengangguk, melirik jam tangannya, “ Persiapkan yang perlu dibawa segera. ” wanita itu berkata tanpa merubah ekspresi wajah.

Cella masuk ke ruangannya sementara Marcel segera ke ruangan skretaris untuk mengambil berkas yang diperlukan.

Pukul setengah satu Cella dan Marcel sudah masuk ke dalam restoran tempat membuat janji dengan CEO grup G. Mereka naik ke lantai dua menuju bilik pribadi yang telah direservasi sebelumnya. Cella membuka pintu perlahan dan melihat dua sosok pria muda, yang satu duduk dan lainnya berdiri di belakang kursi.

“ Maaf membuat anda menunggu lama. ” ucap Cella sopan.

Darel berdiri, “ Tidak apa-apa, lagipula saya yang terlalu awal. Silahkan duduk. ” ucapnya mempersilahkan Cella duduk di depannya.

Cella tersenyum profesional, duduk di depannya. Ia sedikit menoleh, melirik pelayan ynag menunggu instruksi mereka dari sudut matanya, “ Siapkan makanannya. ” suruhnya lebih awal dengan bibir masih tersenyum pada Darel.

Darel menghela napas tak berdaya melihat tingkah Cella yang kekanakan.

Beberapa saat kemudian meja dipenuhi hidangan yang sudah dipesan sebelumnya. Setelah itu para pelayan mengundurkan diri.

“ Silahkan dimakan. ” Darel tersenyum tipis.

Cella mengangguk, “ Anda juga. ”

Kedua asisten yang berdiri di belakang kursi merasakan suasana ambigu di udara membuat mereka tak berani bergerak, bernapas pun harus sehalus mungkin untuk mengurangi keberadaannya.

Darel dan Cella makan dengan tenang, nyaris tak bersuara. Hanya denting sendok pada piring mengisi kesunyian.

Cella menyesap jus mangganya setelah menghabiskan sepiring makanan laut. Ia mengangkat kepalanya mendapati Darel memandangnya dalam dan Cella membalasnya dengan senyum tipis.

“ Masalah kerja sama, apakah perusahaan anda tertarik ikut berinvestasi dalam proyek baru VORE sesuai yang tertulis pada e-mail? ” Cella bertanya dengan senyum lembut di wajahnya.

Darel juga menunjukkan senyum langka. “ Tentu saja. Proyek yang anda siapkan pasti akan sangat menguntungkan perusahaan, apakah saya menebak dengan baik? ” matanya penuh kasih sayang yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata membuat Rehan, asistennya, sempat berpikir kalau dia sedang berhalusinasi.

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang