Mati Lampu

261 21 0
                                    

“ Kalo malem gelap itu wajar, tapi kalo dalem ruangan gelap itu kebangetan terutama pas tengah malem. ”

❇Devano Liam Andalas

|*|
|*|
|*|

Freya duduk di depan meja belajar dengan kening berkerut. Di depannya sebuah buku dengan lima belas soal matematika terpampang dengan tingkat kesulitan yang memusingkan kepala.

“ Hahh... Gini nih kalo yang lain pada sibuk, PR dari guru ga selese-selese. ” gerutunya lalu mendongak melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam lebih lima menit.

Freya menghela napas lelah, mengubur kepalanya di antara lipatan tangan di atas buku. Bibirnya mengerucut, “ Siapa ya yang malem-malem gini masih bangun? Hmm... ” ia bergumam dan berpikir.

Devan!

Dengan semangat Freya meraih ponsel di sebelah buku lalu mengirim pesan pada Devan.

[FreyFrey : Dah tidur?]

Segera ia mendapat balasan.

[VanVan : Belom. Kenapa?]

[FreyFrey : Lo dapet tugas dari Bu Indra?]

[VanVan : Bentar gue cek dulu.]

[FreyFrey : Oke.]

Freya mengetukkan jarinya di permukaan meja, menunggu balasan Devan. Tak berapa lama ponselnya bergetar lagi.

[VanVan : Ada. Halaman 265 bukan?]

Freya mengecek bukunya, lalu mengetik.

[FreyFrey : Iya. Lo udah?]

[VanVan : Udah. Udah dinilai juga.]

[FreyFrey: Potoin dong, mo gue salin.]

[VanVan : Jujur amat lo. Bentar.]

[VanVan : .jpg]

[VanVan : .jpg]

[VanVan : .jpg]

[VanVan : Dah tuh, tinggal lo tulis ulang.]

[FreyFrey : Oke. Makasih, besok gue traktir.]

[VanVan : Oke.]

Freya bergegas merotasikan ponselnya dan menulis ulang pekerjaan Devan. Jangan liat seberapa banyak omongnya cowok itu karena sebenernya dia lumayan pinter. Apalagi di bidang matematika sama kimia.

Dua puluh lima menit kemudian Freya meregangkan tangannya yang terasa kaku. Untung saja sudah selesai. Freya melirik ponselnya dan melihat kalau dayanya tinggal sedikit, ia buru-buru merapikan buku dan alat tulisnya lalu mengisi daya ponselnya.

Freya berjalan ke tempat tidur, meregangkan otot tubuh yang kaku lalu berbarin dan tiba-tiba lampu kamarnya mati.

“ ... ” Freya mengkerjap bingung. Melihat kiri dan kanannya semua diwarnai tinta gelap.

Mama gak lupa bayar pulsa listrik kan? Batinnya bingung seraya meraba-raba mencari ponsel. Begitu mendapatkan apa yang dicari Freya bangkit menyalakan senter dan keluar menyaksikan satu kompleks dilanda cahaya hitam.

“ Mati lampu ternyata. ” gumamnya lega lalu kembali masuk ke dalam kamar dan tidur.

Di lain tempat, Devan tengah bersandar di kepala tempat tidur sambil memainkan game di ponselnya. Disaat ia akan menang lampu kamarnya padam tanpa peringatan diikuti ponselnya dengan peringatan ‘low battery’ sebelum layar menghitam.

My Daisy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang