4.♡

217 62 19
                                    

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Happy reading, readers! Jangan lupa votement-nya ya!

***

Tawamu sebab tingkahku, namun tawaku hilang bagiku.

_Luka_

"Sudah kelas 12 kok kelakuannya sama kayak kelas 10?!"

Levin diam-- menunduk sewaktu guru BK memarahinya. Manik matanya tak beralih dari meja di depannya. Wajah pucat dengan mata tertutup Yossi terus menghantui sehingga nasehat guru hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Bisa dibilang hanya lewat.

"Karena sudah berkali-kali melanggar peraturan sekolah ditambah melukai siswi di sekolah ini, kamu ibu beri surat panggilan orang tua," putus guru BK yang setiap kali menentukan keputusan ditakuti oleh setiap siswa.

Biasanya jika melakukan kesalahan seperti berkelahi, hanya dihukum lari keliling lapangan, menyapu halaman dan hukuman ringan lainnya yang tidak melibatkan orang tua. Tetapi, hari ini adalah kali pertama Levin menjadi penyebab tak sadarnya seorang gadis.

"Salah sendiri menolak seorang Levin," gerutu Levin dalam hati, tak mau merasa salah walaupun orang lain menganggapnya salah.

Levin berjalan menuju kelas setelah keluar dari ruang BK-- menelan mentah-mentah ceramah kejam panjang lebar tadi.

Siswa yang melihat tidak merasa aneh lagi dengan hal ini. Tatapan dingin, ekspresi datar sudah sering didapati dari ekspresi Levin.

Yossi menolak untuk menetap di UKS dan memilih kembali ke kelas. Duduk di lantai menyembunyikan wajah di sela-sela lutut. Gadis ini menahan pusing, suhu badannya tidak bersahabat untuk hari ini. Semestinya keadaannya tidak seperti ini jikalau Levin tak berbuat ulah.

Anemia kronis. Penyakit ini yang diidapnya. Sudah dua hari Yossi tidak meminum obat, bahkan obat yang masih ada saja dibuang.

Ditambah mag yang mengharuskan Yossi tidak boleh terlambat makan, bahkan memakan makanan yang pedas.

Yossi tidak peduli dengan kesehatannya. Mie, seblak dan makanan yang rasanya super pedas tetap dimakan meskipun itu adalah pantangan.

Toh, tidak ada yang peduli. Jadi bagaimana dia peduli dengan diri sendiri?

Brakk!

Meja yang ditendang mengejutkan Yossi yang tengah merasa tenang. Yossi mendongak, mendapati Tanara di depannya.

"Kenapa?" tanya Yossi tanpa basa-basi.

"Pake nanya lagi. Lo gak nyadar yak, kalo lo itu didiemin malah ngelunjak?"

"Maksudnya apa, ya?" Yossi sama sekali tidak mengerti kata-kata ini. Batasan apa yang sudah dilanggar sejauh ini?

Yossi terkejut kala tangannya ditarik, kakinya yang lelah dipaksa berdiri kemudian berjalan mengaluri langkah cepat Tanara.

"Woyy mak lampir! Lo mau bawa bidadari Levin ke mana?!" Bio membuka suara di antara sibuknya siswa lain. Kata terakhirnya adalah hoax yang dibuat seperti benar.

"Bidadari Mbahmu kutilan! Diem aja lo!" Tanara menatap sinis tak melepas genggamannya.

"Buset-buset, mak lampir ngamuk," timpal Dimas setelah tangannya memukul meja.

"Lo gak ada kerjaan lain selain ganggu orang?"

Perhatian para siswa teralih ke arah Levin yang kehadirannya tak disadari sejak tadi. Levin mendekat menatap tajam gadis yang dikenal kasar tak berhati itu.

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now