14.♡

129 34 4
                                    

Jangan lupa votement-nya, readers!
Votement kalian, semangat bagi penulis.

Happy reading♡

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

Pertemuan kali ini sedikit berbeda dari pertemuan yang lain.

***

Deg ....

Jantung ini berhenti berdetak sejenak, mata ini menatap tak menyangka pada sebuah angka yang dikenal dengan sebutan nilai di atas sebuah lembar jawaban.

Macam-macam siswa menanggapi nilai itu dengan berbeda. Ada yang senang mendapat nilai kecil karena hari ini akan dijajani oleh siswa yang mendapat nilai besar. Ada yang kesal dengan nilai kecil padahal sudah belajar semalaman.

Bahkan, yang mendapat nilai besar saja garuk-garuk kepala. Beda dari Levin yang sudah mempersiapkan segalanya.

Sementara Yossi sangat memaklumi jika nilainya kecil, sebab dirinya memang tidak belajar. Ulangan kemarin adalah ulangan yang paling mendadak baginya.

"Nilaiku 85, kamu berapa?" tanya Levin ikut duduk di lantai, di mana Yossi berada.

"Kurangin aja 25 dari nilai kamu," jawab Yossi apa adanya, masih mengenakan masker sebab bekas pukulan waktu itu belum kunjung hilang.

"Berarti aku menang dan kamu harus wujudin tiga permintaan aku." Dengan sombong pemuda ini berkata di depan Yossi.

"Ya udah, sekarang cepetan. Kamu mau minta apa?"

Kemudian, Levin nampak sedang berpikir di antara keramaian kelas yang masih membahas nilai.

"Kamu tau cowok yang ada di apartemen semalem, 'kan?"

Mendengar pertanyaan Levin, Yossi merasa ada yang tidak beres. "Siapa dia?"

"Dia itu sepupuku, kakak kelas kita. Dan tantangan hari ini, kamu ajak dia kenalan."

"Apa?"

"Dan selama tiga hari ...," Levin memotong, "Kamu harus deketin dan luluhin hati kakak itu sebagai tantangan pertama."

"Emangnya gak ada tantangan lain, ya, Vin?" Dengan raut wajah keberatan, Yossi berusaha mencoba supaya tantangan ini diubah.

"Tantangan ini udah aku pikirin mateng-mateng. Jadi mau gak mau, kamu harus lakuin. WAJIB!"

Yossi menunduk, mengerjapkan mata beberapa kali. Taruhan sudah ia terima, karena kalah, sekarang harus memenuhi tantangan.

Tapi, tantangan macam apa ini? Meluluhkan hati seorang pemuda itu bukan keahlian Yossi, dan selamanya bukan ciri khas Yossi.

"Lo gak sanggup, ya?" timpal Tanara meremehkan.

"A-aku ... sanggup, kok. Yang enggak sanggup itu kalau tantangannya boomerang sambil bunuh diri," jawab Yossi mencoba menutupi kegugupannya.

"Gue akuin keberanian lo. Gini aja, kalau lo berhasil luluhin hati sepupunya Levin, lo boleh duduk di sini kapanpun yang lo mau." Tanara menunjuk bangku kosong yang seharusnya sudah Yossi duduki sejak masuk sekolah ini.

"Oke, siapa takut."

***

Sekolah adalah hal yang paling memusingkan, dan pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan. Bagi anak pemalas!

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now