15.♡

136 36 1
                                    

Happy reading!
Jangan lupa votement-nya, ya😊.

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

Secara langsung dia menolak dirimu.
Dan engkau mulai mengaguminya tanpa sadar diri.

***

Tanpa beristirahat, ia terus berjalan menuju rumahnya. Mengabaikan rasa pegal yang hadir di kedua kakinya. Yossi pikir pasti ayahnya akan marah karena pulang terlambat. Sama seperti kemarin, berangkat minggat pulang telat.

Dengan langkah gontai Yossi memasuki halaman rumah. Wajahnya pucat menahan lelah, haus dan lapar. Jika ingin mengeluh, percuma. Ayahnya tidak mungkin langsung memberikan perhatian begitu saja.

"YOSSI!"

Suara melengking Desta terdengar dari arah teras dengan raut wajah marah. Buru-buru Yossi mendekat ke arah Desta meskipun harus menahan pegal di kaki.

"I-iya, Ma?"

Plak!

Lagi-lagi pipi Yossi memerah dan perih akibat ditampar. Yossi tidak bisa membalas, Yossi hanya bisa menunduk dengan mulut yang bungkam, serta mata yang berair.

"Kamu lupa, ya sama tugas kamu?!"

"Maaf, Ma. Yossi ...."

"Berani jawab, ya! Pagi gak buat sarapan, pulang pun telat. Saya ini lapar. CEPAT MASAK!" perintah Desta membuat Yossi merasa keberatan.

"Yossi gak bisa masak, Ma," keluh Yossi meremas jari-jarinya sendiri.

"Ya belajar, dong! Kalau saya yang masak, kamu gak boleh makan!" Desta mendorong tubuh Yossi hingga terjatuh.

Tubuh yang gemetar itu berusaha dikuatkan. Yossi melangkah masuk meninggalkan Desta di teras tanpa berkata sedikitpun.

"Aku harus masak apa?" tanya Yossi pada diri sendiri ketika sampai di dapur.

Dia mengecek isi kulkas, di mana sayur-sayuran tersedia di dalamnya. Tapi Yossi tak mengenal apapun, selain cabai, daging, ikan, dan telur.

Setelah menutup kulkas, Yossi keluar dari dapur mencari seseorang. Secara kebetulan ada Tiara yang sedang duduk di sofa sembari memainkan ponsel.

"Kak Ara," panggil Yossi dengan lembut. Namun, yang dipanggil tak menoleh.

"Kak Ara bisa bantu masak, gak? Yossi gak bisa masak," lanjut Yossi dengan hati yang berdebar. Terlebih saat Tiara berhenti memainkan ponsel dan mendekat ke arah Yossi, membawa segelas air.

"Ternyata udah mulai berani sama gue," ujar Tiara menyiram wajahnya sendiri kemudian menjatuhkan gelas hingga pecah.

"Mama! Papa!" teriak Tiara tiba-tiba seraya berpura-pura menangis.

Yossi yang ada di dekat Tiara merasa ada yang tidak beres. Meminta bantuan seseorang di rumah ini adalah kesalahan fatal yang dengan bodohnya Yossi lakukan.

Hebatnya, Dodi dan Desta datang secara bersamaan mendengar jeritan Tiara. Jika saja Yossi yang berteriak, apakah mereka akan datang seperti ini dengan rasa khawatir yang sama?

"Tiara? Kamu kenapa? Kok basah?" tanya Desta.

"Aku tadi negur Yossi yang mau naik sebelum masak. Tapi Yossi-nya marah, terus nyiram aku," adu Tiara dengan tuduhan yang sama sekali tidak Yossi lakukan.

"Enggak, Ma, Yah. Yossi gak bisa mas -- aaaa, sakit Yah!" Belum sempat menjelaskan, rambut Yossi ditarik oleh Dodi.

"Anak kayak kamu harus diberi pelajaran!" Dodi menarik putrinya layaknya menarik seekor hewan.

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now