9.♡

138 46 7
                                    

Jangan lupa votement-nya, readers!
Happy reading!

***

Tidak dianggap, namun dicari.
Tidak dibutuhkan, tapi selalu dibawa pulang.
Apakah kasih sayang itu benar-benar tidak ada ... untukku?

_____ ______ ____

Jam sudah menunjuk pukul sembilan malam. Yossi turun dari dalam mobil, menjejakkan kaki di halaman rumah yang memiliki banyak kenangan berhias luka.

Wajahnya terlihat pucat, tubuhnya gemetar. Jika mengingat perlakuan sang ayah, ada rasa takut yang menyelimuti hatinya.

"Bun, Yossi kangen sama bunda. Dulu, pulang adalah hal yang paling Yossi nantikan. Tapi sekarang, setiap sudut rumah ini hanyalah luka."

Suara hati Yossi mengeluh, terdengar hanya di telinganya tanpa orang lain bisa mendengar.

"Non ...." tegur Mang Le menangkap basah Yossi yang melamun.

"Masuk, Non. Udah malem, gak baik di luar lama-lama. Barang-barangnya Mamang yang bawakan, ya?" tambah Mang Le mengambil koper yang Yossi pegang.

"Iya, Mang."

Yossi melangkah menuju rumah bak istana, di setiap langkah hatinya berusaha tetap tegar supaya tak terus gemetar.

Ragu-ragu Yossi memegang gagang pintu utama. Membukanya dengan pelan dan mendapati Dodi-- sang ayah duduk di sofa sendiri. Tidak ada siapapun yang menyambut kepulangannya, melainkan tatapan tajam dari Dodi.

"Ternyata masih ingat pulang ke rumah, ya," sindir Dodi berdiri mendekat.

Yossi meneguk ludah ketika Dodi mendekatinya. Yossi menundukkan kepala, tak mau menatap tatapan tajam dari Dodi.

"Pengennya, sih lupa. Karena Mang Le yang minta, Yossi terpaksa pulang. Bukan karena ayah ataupun mama Desta yang lagi sakit," ucap Yossi dengan rasa takut.

"Sakit?"

Suara wanita yang berdiri di sudut tangga menarik perhatian. Terlebih wanita itu mendekat dengan tangan bersedekap dan ekspresi yang meremehkan.

"Teruntuk anak dari suamiku, sekaligus anak tiri kesayanganku. Seorang Desta tidak akan pernah sakit untuk rindu, terlebih rindu untukmu!" Wanita itu-- Desta menekankan kata-kata terakhirnya.

"Saya ini sedang hamil. Saya butuh orang untuk membantu. Karena saya tidak mau banyak uang yang habis hanya untuk menyewa pembantu, kamu saja yang dimanfaatkan," lanjut Desta semakin membuat Yossi bungkam dengan dada yang semakin sesak.

"Enggak! Aku enggak mau. Yah, Yossi sekolah, enggak mungkin Yossi--"

Plakk!

"Berani kamu nolak, ya? Bila perlu kamu berhenti sekolah. Gak ada guna juga kamu sekolah, adanya buat malu!" bentak Dodi setelah menampar.

Perih, panas. Yossi bisa rasakan di pipinya. Namun, sakit di pipinya ini tidak sesakit hatinya.

"Yossi kira, Ayah nyuruh Mang Le pulang untuk jemput Yossi karena Ayah udah sayang sama Yossi," lirih Yossi hampir kembali menangis.

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now