19.♡

114 26 5
                                    

Happy reading, readers.
Jangan lupa votement-nya, ya!

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

"Jika tak ada kebahagiaan di dunia, Tuhan akan berikan kebahagiaan di akhirat. Asalkan dengan hati tulus kita dekati sang Pencipta."

***

"Yossi ikut, Bunda! Jangan tinggalin Yossi!"

Gadis itu berlari menuju seorang wanita yang berdiri di tepi jurang. Gadis itu menangis, seakan tak mau kehilangan wanita yang dipanggilnya Bunda.

Saat sampai, dengan cekatan Yossi memeluk tubuh wanita yang dianggapnya sang Bunda. Dia memeluk erat, seolah tak mau melepaskannya lagi.

"Bunda ... Yossi kangen. Bunda pulang, ya?" pinta Yossi masih belum melerai pelukannya.

Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba yang terdengar adalah suara Ibu tirinya. Sementara tubuhnya didorong sampai terjatuh ke tanah.

"Sampai kapanpun, anak sialan seperti kamu tidak akan pernah bertemu dengan Ibu kandung!"

Setelah terdengar ucapan itu, Yossi terbangun dari tidurnya dengan napas tak beraturan. Tubuhnya panas dingin karena mimpi yang baru saja ia alami.

Yossi mengedarkan pandangan, dirinya baru menyadari jika saat ini ia berada di kamarnya. Tentunya dengan baju yang sudah kering.

"Bukankah, aku di dalam air?" gumam Yossi bertanya-tanya.

"Alhamdulillah, Non Yossi udah bangun."

Yossi menoleh ke arah pintu, di mana Bi Indah berdiri di sana, hanya menunjukkan sebagian tubuhnya.

"Masuk, Bi," ucap Yossi hendak turun dari ranjang.

Melihat hal itu, Bi Indah langsung menghampiri, membuat Yossi tak jadi menginjakkan kaki ke lantai.

"Non Yossi jangan dulu berdiri. Istirahat saja, ya? Nih, minum dulu." Bi Indah memberikan segelas air putih yang diambil dari meja.

Setelah meminum air, Yossi hendak berkata. "Owh, iya, Bi. Tadi aku ...."

"Non harus kuat, ya. Tetap semangat walaupun keluarga Non gak mendukung. Bibi tau, kok kalau Non setiap hari disakiti. Tapi Non gak boleh nyerah, ada Bibi di sini. Kalau ada apa-apa, cerita aja," ujar Bi Indah memotong kata-kata Yossi, mencoba menenangkan majikannya yang matanya sudah berkaca-kaca.

Sungguh, ada rasa haru dalam dada Yossi. Ada cinta seorang Ibu yang ia rasakan dari Bi Indah.

"Gak ada yang sayang Yossi, semuanya jahat sama Yossi. Bahkan Bunda pun, pergi ninggalin Yossi. Jadi ... buat apa Yossi bertahan?"

"Gak boleh ngomong gitu, Non. Non gak boleh putus asa. Allah gak tidur, Allah Maha Adil, Allah gak mungkin salah pundak. Allah gak bakal kasih Non masalah kalau Non gak kuat." Bi Indah mencoba menghibur gadis ini, walaupun semua itu belum tentu menyelesaikan segalanya.

"Yossi pengen disayang, Bi," keluh Yossi, lagi.

Bi Indah lantas menarik Yossi ke dalam pelukan. "Bibi sayang sama Non. Jangan nangis, kalau Non belum bisa bahagia di dunia, Allah akan membahagiakan Non kalau Non udah di alam sana."

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now