22♡

117 24 10
                                    

Happy reading, Readers!
Jangan lupa votement-nya, yaa.

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

"Saling menikam jantung sembari meninabobokan perasaan yang kacau."

***


Show of force nanti akan ada pertunjukan bernyanyi dari grup band di lapangan SMA Negeri 3. Mulai dari pukul 07.30 sampai 08.30 WIB setelah senam pagi.

Salah satu super senior yang akan tampil adalah Zio Narendra. Saat itu, dia sedang menunggu anggota lain kembali ke sekolah seorang diri di kursi panjang dekat kantor guru. Alih-alih, pemuda ini mengingat kejadian di lapangan tadi.

Sikapnya kepada Yossi menghadirkan pertanyaan, apakah pantas dirinya disebut lelaki setelah bersikap kasar pada gadis selembut Yossi?

Terdengar dirinya mengembuskan napas dengan berat. Sungguh, sebenarnya Zio terpaksa melakukan hal ini. Karena Levin.

●Flashback On●

Hari beranjak malam, udara rasanya sangat dingin malam itu. Namun, pemuda ini justru betah duduk di pinggir kolam renang, kakinya dibiarkan berendam di dalam air yang dingin itu. Sementara senyumnya terukir saat menatap poto Yossi yang terunggah di handphone.

Bayangan di mana Yossi bersikeras mendekati dirinya mampu membuat hati Zio berbunga.

"Perjuangan yang unik," gumamnya tanpa menyadari jika sedari tadi ada Levin yang diam-diam memperhatikannya.

"Lo suka sama Yossi?" tanya Levin yang sudah lama ingin menanyakan hal ini.

Zio terkejut dan langsung mengalihkan handphone-nya ke layar utama.

"Sejak kapan di sini?" Tanpa menjawab, Zio balik bertanya.

"Sejak lo mandangin poto pujaan hati gue!" Levin berkata dengan nada agak tinggi.

Zio terdiam mendengar ucapan Levin barusan. Bunga yang bermekaran di hatinya seakan-akan mulai merasa panas.

"Gue ingetin sama lo, ya. Yossi deketin lo untuk menuhin tantangan, dia gak punya niat untuk lebih deket sama lo." Levin beralih duduk di samping Zio.

Namun, Zio justru tersenyum meskipun hatinya mulai tidak baik.

"Emangnya kenapa kalau cuma tantangan? Kalau aku balik berjuang, lambat laun Yossi bakal punya rasa yang sama, 'kan?" ucap Zio tersenyum simpul.

"GUE GAK SUKA KALAU LO DEKET SAMA YOSSI!" Levin berucap dengan marah, emosinya memuncak ketika Levin berniat untuk memperjuangkan Yossi.

"Besok, Yossi bakal ungkapin apa yang ada di hatinya buat lo. Kalau Yossi bilang cinta, lo, harus nolak Yossi dengan kata-kata yang menyakitkan!" lanjut Levin mengepalkan kedua tangannya.

Zio berdiri dan berkata, "Memangnya kamu siapanya Yossi?"

"Gue bukan siapa-siapanya!" Levin ikut berdiri, "Tapi gue pastiin, Yossi bakal jadi milik gue. Dan kalau lo gak nurutin mau gue barusan, gue bakal benci lo selamanya!"

Zio tak bisa lagi berkata sepatah kata pun. Amanah dari orang tuanya untuk tidak bertengkar dengan Levin, membuat Zio tidak bisa melakukan apapun. Iya, meskipun orang tuanya lebih sibuk dengan pekerjaan di luar kota.

Levin pergi, meninggalkan banyak kembimbangan dalam diri Zio.

Di satu sisi, ada hati yang meronta untuk memiliki Yossi. Di sisi lain, ada Levin yang akan membencinya jika dia mendekati Yossi.

Wound In A Smile [On Going]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu