17.♡

149 34 7
                                    

Jangan lupa votement-nya, readers.
Happy reading😊

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

"Aku mencoba tersenyum di hadapan dunia, meskipun berkali-kali menangis oleh manusia."

***

Yossi terbangun ketika Bio membangunkannya dan memberitahu bahwa sebentar lagi pulang.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Sudah berapa lama dia tertidur di bangku Bio sejak jam kosong? Sampai kepalanya terasa pusing dan berat karena tertidur sebelum terlalu lama.

Yossi berjalan sembari memegang kepalanya yang terasa pusing. Sudah beberapa hari ini ia kelaparan dan hanya meminum air putih untuk menahan lapar.

"Menyebalkan," gumam Yossi sambil duduk di lantai.

Baru saja duduk, bel pulang terdengar. Suasana mulai ricuh, semua siswa berhamburan keluar kelas dengan gembira.

Yossi terpaksa kembali berdiri untuk mengambil tas, sekaligus membuka ponsel tempatnya biasa mengirim pesan kepada sang Ayah.

Kali ini, Yossi memberitahu bahwa dirinya sedang kelaparan. Kemudian mengirim sebuah pesan suara.

"Ayah, perut Oci sakit banget. Sampai-sampai kepala Oci ikutan sakit. Maafin Oci yang gak bisa masak dan gak bisa buat Ayah seneng sampai sekarang. Oci sayang Ayah."

Yossi tahu jika mengirimkan pesan melalui Whatsaap itu percuma, dan sampai kapanpun pesan itu takkan pernah dibaca ataupun didengar oleh sang Ayah. Pasalnya, semua nomor dan sosial media milik Yossi sudah diblokir.

"Ngirim pesan ke siapa?"

Yossi menengok ke sumber suara, di mana Levin sedang berdiri di depan pintu entah sejak kapan.

"Bukan siapa-siapa," jawab Yossi tak mau berterus terang. Jika dirinya mengatakan yang sebenarnya, mungkin sang Ayah akan semakin membencinya. Lalu, melukainya.

"Ayo pulang," ajak Levin menggenggam lembut tangan Yossi.

"Jalannya jangan terlalu cepat. Aku gak kuat," kata Yossi nyaris pingsan.

Di waktu yang tepat Levin menyambut tubuh Yossi, "Yossi."

Levin menatap wajah sendu milik Yossi. Pucat, tak berisi, itulah yang didapati oleh Levin.

"Siang ini aku temenin makan."

***

"Nasi ini harus habis!" Levin memesan nasi padang tanpa sambal untuk Yossi.

"Tapi ...."

"Aku yang bayar," tambah Levin supaya Yossi mau makan.

Akhirnya, Yossi makan dengan lahap. Sepiring nasi ini rasanya sudah cukup untuk mengurangi rasa lapar Yossi.

"Mau nambah?" tanya Levin saat melihat nasi yang dimakan Yossi tinggal sedikit.

"Aku udah kenyang, kok."

'Kalau diperhatikan, Yossi cantik juga, ya.' Suara hati Levin berbicara.

Seorang pelayan datang, memberikan kantong plastik berisi sebungkus nasi padang kepada Levin.

"Thanks," ujar Levin yang langsung memberikan kantong tadi kepada Yossi.

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now