21.♡

119 26 8
                                    

Happy reading, Readers!
Jangan lupa votement-nya, yaa!

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

"Kita, segenap rasa yang tak mungkin seluas angkasa dan polos yang kuanggap berwarna."

***

Suasana sekolah dihebohkan dengan kabar Yossi ditemukan tak sadarkan diri di belakang kelas. Dengan segera, para anak PMR menggotong tubuh Yossi menuju UKS untuk dirawat.

"Minyak kayu putih mana?!"

"Ambil air minum dulu sana!"

"Bantu lepasin sepatu sama kaus kakinya."

"Tasnya tolong diambil, siapa tau pas udah sadar mau dibawa pulang."

Beginilah suasana yang mulai ricuh. Terlebih kabar penolakan Zio tadi sudah menyebar ke seluruh siswa. Banyak yang menerka jika Yossi pingsan karena patah hati.

Di pihak lain, ada Tanara yang menarik lengan Levin keluar dari ruang UKS.

"Ini yang lo bilang cinta, Vin?" tanya Tanara menatap tajam.

"Lo nyuruh Yossi untuk ngungkapin perasaan yang Yossi pendam, dan liat! Yossi itu cintanya sama Zio. Sekarang hatinya patah karena ditolak mentah-mentah!" simpul Tanara dengan harapan semoga Levin tak jadi mencintai Yossi.

Karena selain iman, hati mereka berbeda. Pun dengan Aamiin-nya.

"Itu bagus, dong. Hati Yossi patah karena Zio, jadi gue punya peluang untuk masuk ke hatinya dan gantiin posisi Zio, 'kan?" tutur Levin hanya mempedulikan dirinya sendiri, egois.

"Gue pikir lo beda dari cowok lain, Vin. Ternyata lo sama aja! Lo bilang, cewek itu gak berguna, tapi yang sebenernya otak lo yang gak ada gunanya!" pungkas Tanara sedikit menutupi kecewa yang ada dalam benaknya. Matanya yang memberitahu hal itu.

Lantas, gadis ini menghampiri kedua sahabatnya yang sedang asyik memakan nasi ayam di bawah pohon. Tanara duduk dengan perasaan yang bercampur aduk, antara kecewa dan marah. Antara membenci Levin atau Yossi.

"Nah, kebetulan banget. Kami ada kabar baru," seru Tasya bersemangat.

"Lo harus denger, Tan. Ayo Tasya, jelasin!" timbrung Jenni lanjut menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut.

"Kabar apa? Kabar Levin suka sama Yossi, hah?!" geram Tanara mengusap kasar wajahnya.

"Hehe, ini tentang Yossi, sih. Tapi gak ada hubungannya sama Levin. Jadi gini ...."

Flashback on■

Yossi melangkah mengikuti Bu Rika menuju ruang guru. Bersamaan dengan itu, ada Jenni dan Tasya yang baru saja keluar dari kelas membawa beberapa buku.

Mereka satu tujuan dengan Yossi, namun sama sekali tak bertegur sapa. Akhirnya, dua gadis bersahabat ini memilih mendahului Yossi.

"Duluan, ya, Bu."

Di ruang guru, Yossi duduk di depan meja Bu Rika sambil mendengarkan ucapan sang Guru.

"Sekarang jujur sama Ibu, kenapa kamu bohong sama Ibu?"

"Aku gak bohong, kok, Bu," jawab Yossi dengan wajah polosnya.

Saat itu juga Jenni dan Tasya yang akan kembali ke kelas, memilih untuk menguping sebentar di balik pintu.

"Kamu bilang, kamu telat karena enggak ada angkot. Bukannya ekonomi ayahmu sangat tinggi, pasti ada mobil, 'kan?" Bu Rika memberi jeda.

"Walaupun bukan ayahmu, supir juga bisa mengantar. Kakakmu Tiara saja tidak pernah terlambat!"

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now