Jika napas ini habis • 17

4.1K 363 27
                                    

Jika dengan luka akan membuatmu bahagia, aku akan melakukanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika dengan luka akan membuatmu bahagia, aku akan melakukanya. Untukmu, akan kulakukan segala upaya.

[...]

     Kintan tak habis pikir akan jadi seperti ini, perseteruan antara Mahen dan Mahesa berhasil memutar otaknya, dan juga keterkaitan Axel atas semua ini—sungguh ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

     Ia mendekati Mahen bukan semata-mata untuk hal lain, ia mendekati lelaki itu karena ingin berdamai dengan hatinya. Karena apa? Karena tak mungkin ia menyimpan dendam kepada Mahen tanpa sebab. Sungguh tidak masuk akal.

     Ia tahu ada yang tidak beres dengan semua ini, membuat Kintan mau tak mau mengikuti Mahen dan Mahesa yang tak lain menuju ruang inap yang baru-baru ini di tempati Mahen karena alasan sakit.

     Di sepanjang lorong pandanganya tak pernah lekang oleh dua lelaki serupa itu. Tatapan Mahesa yang menyiratkan kebencian, malah membuatnya enggan untuk pergi. Bukan tipe Kintan yang ciut akan nyali jika di gertak.

     Di balik tempok putih yang menyekat antara ruang pasien rumah sakit dan tangga, Kintan bersembunyi di sana. Dan tak ada lagi yang ia perhatikan selain melihat kepergian Mahesa dengan raut yang jauh dari kata baik-baik saja.

Buru-buru ia berjalan menghampiri kamar Mahen yang tertutup rapat.

Masuk ngak? Kalau masuk ntar ketemu Mahen dan gua di tanya macem-macem. Kalau enggak, ntar tuh anak kenapa-napa lagi. Ah, masuk aja, deh.

"Hen gu—

"ASTAGHFIRULLAH, MAHEN!" sempat ia berpikir jika nanti ia akan kena makian Mahen, tapi semua itu musnah dalam kedipan mata. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

     Pertama ia membuka ruangan itu, ia disuguhkan sesuatu yang entah ia tak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Mahen terbaring penuh kesakitan di atas dinginnya lantai, rematan demi rematan tangan mencoba menarik beberapa helai rambut, tubuhnya yang bergetar hebat, tangisan pilu yang terdengar, dan lagi... darah segar sedikit mengotori baju hingga saling berceceran di lantai.

     Kintan tak tahu apa yang sedang terjadi, apa yang di perdebatkan Mahen dan Mahesa. Ia mengabaikan tas yang sedari tadi bertengger nyaman di bahu kanannya, tubuhnya pun bahkan ikut bergetar.

Kintan terduduk lesu, memangku Mahen di atas pahanya. Air mata pun mulai berjatuhan.

"He-hen, lo kenapa? Kenapa bisa gin-gini? Hiks" Kintan meriah tangan Mahen-ingin mencari tempat untuk menyalurkan kesakitan yang lelaki itu rasakan saat ini.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now