Jika napas ini habis • 11

5.4K 417 15
                                    

[

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[...]

     Kintan masih terpaku di tempatnya, tatapan matanya masih nanar—mencoba menerka-nerka ucapan Axel beberapa saat lalu.

     Kertas dengan lembaran foto itu masih berada di genggamannya. Sebenarnya ia enggan untuk bertanya lebih dalam, tapi hal ini sudah menyangkut seseorang yang ia sayangi semasa hidupnya.

     Angin malam mulai berhembus lamban—memasuki kamar melalui celah jendela yang terbuka. Bintang tampak sedikit redup, tapi bulan masih mampu pancarkan cahaya terangnya. Di sisi jendela kepalanya menengadah, perkataan itu masih terngiang jelas di memori otaknya.

Kalung itu adalah milik orang yang udah nabrak lari Arga. Bertahun-tahun gua simpen kalung itu, dan mungkin ini saatnya kita cari siapa pelaku yang ngak bertanggung jawab—udah bikin nyawa Arga melayang.

Nyawa harus di bayar nyawa, Tan.

     Kintan menghembuskan napas lelahnya perlahan. Perkataan Axel masih belum bisa ia lupakan. Ada celah ketakutan di dalam sana—ketakutan yang membuat Kintan lemah.

     Bertahun-tahun sudah ia berhasil merelakan kepergian Arga. Akan tetapi semuanya tak seperti apa yang ia harapkan. Axel kembali menguak kebenaran dan Kintan masih ragu untuk mempercayainya.

Tangannya terangkat dengan sebuah kalung perak sedikit berkarat di tangannya.

"Apa semua ini bener? Tapi kenapa gua masih ragu?"

      Setelahnya Kintan beranjak, mengambil sebuah bingkai foto di laci kecil meja belajar. Sebuah foto yang sudah tampak kusam, tapi masih layak untuk di abadikan. Sejenak, senyumannya terukir walau sangatlah tipis.

"Apa lo bahagia di sana, Ga? Apa lo tenang di sana? Apa yang sebenarnya terjadi waktu itu? Dan ... kenapa gua ngak tau kebenarannya?" senyuman tipis itu luntur dan tergantikan tatapan yang sangat sendu. Sudah lewat dari tiga tahun. Tetapi rasanya merelakan itu mengapa sangatlah sulit.

     Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang. Tirai yang menggantung di jendela, berayun-ayun tak beraturan. Beberapa lembar kertas yang tergolek di atas kasur, terbang dan berakhir berhamburan di atas lantai. Kontan berhembus lelah.

"Gua bahagia banget, Tan."

     Napas Kintan tercekat sebatas tenggorokan, kelopak matanya bergetar seperti akan turun lelahan air mata, bibirnya terbuka, pandnagannya berkelana ke sepenjuru ruang kamar.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now