Jika napas ini habis • 36

1.7K 176 19
                                    

"Bahagiaku saat melihat mereka tertawa lepas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bahagiaku saat melihat mereka tertawa lepas."

Mahen Guinandra

⚠️ Baca part sebelumnya agar tidak lupa ⚠️

     Hari ini adalah hari dimana Jo akan menandatangani surat resmi—prosedur pelaksanaan operasi Mahen yang akan di lakukan dua hari lagi. Dimana Jo semakin bertambah was-was, ia yakin sangat yakin jika Anaknya pasti akan sembuh—tapi lain sisi ia juga takut—perasaannya seperti tak tenang.

     Jo duduk di kursi tunggu di depan ruangan Dokter yang menangani Mahen selama ini, tangannya bertumpu di atas pahanya—saling menyatu dengan jantung yang terus berdetak cepat.

     "Pak Jo, silahkan masuk." pergerakan Jo terhenti saat mendengar suara dari arah depan, yang sontak membuat kepalanya mendongak dan menemukan sang Dokter yang sudah berdiri di sana.

     Jo lekas berdiri dan tersenyum, lalu menjawabnya pelan, "Ah, baik, Dok."

     Setelahnya Jo masuk ke dalam ruangan Dokter itu. Seperti biasa, ia duduk di hadapan meja kerja sang Dokter yang sedikit di penuhi oleh beberapa berkas. Tangannya yang di bawah sana, masih menyatu—seakan meyakinkan dirinya sendiri kalau ia tak perlu khawatir dan takut.

     Mahen pasti akan sembuh, operasinya pasti akan berhasil.

     "Gimana, Pak." sang Dokter memulai pembicaraan. "Apakah sudah di bicarakan dengan Mahen?"

     Jo mengangguk mantap. "Mahen siap untuk menjalani operasinya, Dok. Dan kami sekeluarga juga siap."

     Ada sedikit raut bahagia di wajah sang Dokter saat mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya. "Baik, saya ikut lega mendengarnya."

     Sang Dokter tampak mengeluarkan sebuah map berwarna cokelat tua dari dalam laci, lalu membukanya dan menyodorkannya tepat di hadapan Jo.

     "Silahkan Pak Jo menandatangi surat resmi untuk prosedur operasinya," tukas Dokter itu sembari memberikan satu buah pena.

     Jo meneguk ludahnya dalam, ia menatap samar lembaran kertas yang kini sudah berada tepat di hadapannya. Dengan gerakan lambat, Jo meraih pena tersebut—di genggamnya erat pena itu, ia tujukan pada kolom paling bawah dimana tempat tanda tangan berada.

     Jantungnya berdetak—bergemuruh, sekali lagi ia menatap nanar lembaran itu sebelum pada akhirnya yakin atas apa yang ia lakukan—menandatangani surat resmi prosedur operasi Mahen.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now