Jika napas ini habis • 15

4.5K 382 19
                                    

[

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[...]

     Kedua mata Axel sudah tak bisa di katakan bersahabat. Kedua alis lelaki itu saling bertautan, dahinya berkerut dalam, rahangnya tampak mengeras dan raut wajahnya kini benar-benar dirundung sebuah amarah, seperti sebuah marah yang begitu sulit untuk dipadamkan walau dengan kepala dingin sekalipun.

     Dan sekali lagi napas Axel sedikit memburu lebih cepat dari sebelumnya, tubuh tegaknya pun mulai berdiri dan kedua kaki kokohnya mulai melangkah maju.

     Ditemani dengan malam yang sunyi, angin bertiup secara perlahan, burung hantu pun tampak menyembunyikan suara merdunya. Jauh di sana, wajah itu juga tak kalah mengerikannya.

     Kedua mata Axel menatap lurus kedepan—menatap seorang gadis yang saat ini menjadi lawan bicaranya, lawan yang sudah menggugah amarahnya.

"Ngak usah kelewatan, urusan gua bukan urusan lo." desisan yang di bumbui dengan amarah, tampak begitu jelas di wajah Axel.

     Dan semakin ia menatap tajam gadis itu, semakin juga amarahnya membuncah. Kenangan pahit yang seharusnya ia kubur dalam-dalam, kini malah terbuka begitu lebar—melukai hatinya untuk yang kesekian kalinya.

Kintan berdecih, membuang wajahnya kesamping, sebelum kembali menatap Axel.

"Dan lo ngak sadar, iya? LO NGAK SADAR KALAU PERBUATAN LO SALAH!" teriak Kintan tepat di wajah tegas Axel.

"DIEM!" dan Axel pun sudah tak bisa lagi mengontrol amarahnya. Ia sudah begitu muak dengan Adiknya, muak dengan segala perbuatan Kintan yang seolah-olah menyudutkannya atas kematian Arga.

Arga? Sial! Mengingat nama itu membuat hati Axel kesal.

"Kenapa? Kenapa, hah?! Arga pergi... ARGA PERGI GARA-GARA, LO! GAR—

Srak, bruak!

     Napas Kintan memburu, kedua matanya menatap semakin tajam kearah dimana Axel yang saat ini menyudutkannya ke tembok—mencengkeram erat dagunya, membuat Kintan sedikit meringis karena sakit.

Kintan menelan ludahnya perlahan sebelum gadis itu angkat bicara.

"Ngak usah ganggu ketenangan orang, ngak usah ganggu Mahen atau Mahesa. Kalau lo ngelampiasin semua amarah yang lo punya... yang ada, lo akan selamanya jadi cowok pengecut, Xel."

     Kintan menghempaskan tangan Axel kasar, menatap nanar manik Axel sekali lagi, sebelum ia benar-benar beranjak pergi dari kamar Axel—kamar di mana sempat menjadi perdebatan kecil hanya karena masalah ego.

Jika Napas Ini Habis [END] ✔Where stories live. Discover now