[✔] BAB 32

4.3K 581 4
                                    

"Ratu, pernahkah kau mendengar seseorang mengatakan bahwa kau akan mati jika terlalu angkuh?" Bayangan itu tersenyum miring.

Reya semakin tersenyum sombong. "Sayangnya, mereka yang mengatakannya ... mungkin rumpur kuburannya sudah setinggi pohon di belakangku?" Dia terkekeh!

Hal itu sukses membuat Bayangan-bayangan itu kesal!

"Sialan kau!" Salah satu bayangan yang berada di belakang dengan tidak sabar terbang menuju Reya.

Namun di tengah jalan Aeron menghentikannya. "Lawanmu adalah aku."

Dengan teleportasi, Aeron juga membawa bayangan lainnya untuk bertengkar dengan mereka di tempat yang lumayan jauh. Aeron selalu mengerti gadisnya, niat gadisnya, juga keinginan gadisnya.

Sejak awal, istrinya hanya ingin melawan satu bayangan yang merupakan Jenndral musuh. Meski gadisnya belum mendapatkan kekuatan sepenuhnya, Aeron mencoba yakin bahwa gadisnya dapat mengalahkan Jendral tersebut.

Reya melihat tindakan Aeron merasakan bahagia dihati kecilnya, ini adalah prianya yang sangat peka, dia semakin menyayanginya. "Jendral, ayo, apakah kau ingin balas dendam? Kita akan bertarung dengan bersenang-senang."

"Reya, kali ini aku akan membunuhmu!" Jendral Iblis yang merupakan ketua bayangan tadi lansgung menyerang Reya. Gerakannya sangat cepat dan terlatih, Reya bisa mengetahui bahwa dia sang Jendral penuh usaha berlatih luar dalam hanya untuk membunuhnya.

Namun, sangat disayangkan, mau bagaimanapun sang Jendral berlatih, kekuatanya mungkin tak akan pernah bisa untuk menggalahkannya. Dia dan Jendral itu berbeda, sangat berbeda.

Reya selalu menangkis serangan yang dilancarkan oleh sang Jendral. Diam-diam melihat cara gerakannya. Setelah beberapa lama menangkis, akhirnya Reya melancarkan serangannya, dan langkah itu sukses memmbuat sang Jendr terkejut lalu menghentikan serangannya.

"Mengapa?" Sang Jendral bertanya dengan linglung.

"Mengapa kau bisa menyalin gerakanku?!" Dia berteriak dengan histeris.

Reya hanya menatapnya dengan senyum di wajahnya. "Inilah yang selalu menjadi perbedaan kita, Jendral."

"Ingatanku, serta keahlian belajarku." Satu kalimat itu langsung bisa membuat sang Jendral sakit hati.

Dia sangat bingung di hatinya dan marah, mengapa?! Usahanya selama ratusan tahun, mengapa harus berakhir seperti ini!

Saat dia kembali sadar, Reya sudah berada di depannya. "Jendral, maaf. Namun mungkin, di kehidupan selanjutnya, kita akan bertarung kembali." Reya tersenyum.

Sang Jendral membeku, tak lama kemudian matanya menggelap dan mati. Reya melihat mayat Jendral ini dan merasa sangat disayangkan.

"Jika saja kau bukan bagian Klan Iblis. Aku mungkin tak sekejam ini, kau pekerja keras, Jendral."

Setelah beberapa menit berduka, Aeron segera datang pada gadisnya.

Dia melihat sang istri lalu memeluknya. "Kau mengingat semuanya." Pernyataan langsung keluar dari mulut Aeron.

Reya yang sadar akan kehadiran prianya tersenyum main-main. "Sejujurnya, ingatan tentangmu telah ada saat elemen sebelumnya, hanya saja ... aku ingin sedikit bermain-main." Reya menjulurkan lidahnya.

Mendengar kalimat dari gadisnya, Aeron merasa gemas. Di saat-saat seperti inipun masih berniat bermain dengannya! Dia akan menghukumnya dengan benar ketika semua selesai!

"Ouh~ Jangan berpikir untuk menghukumku!" Wajah Reya menjadi marah. Namun, Aeron hanya merasa bahwa gadisnya sangat imut.

"Itu tergantung." Jawaban Aeron membuat Reya tak puas, tapi Reya tak terlalu memikirkannya.

Another World: RozèΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα