[✔] BAB 10

5.8K 724 1
                                    

"Sialan! Kemana surat warisannya?!" Seorang pria paruh baya berteriak. Dia tak lain ada Rey, ayah angkat Reya yang penuh tipu muslihat.

"Aku tidak tahu, bukannya kemarin kau yang menyimpannya?" tanya Rose. Rey mengangguk. Tak lama kemudian dia berteriak frustasi lagi.

"Tak berguna, ah! Bantu aku mencarinya! Kita tak bisa menjual tanah-tanah serta rumah-rumah itu tanpa suratnya!"

Apa yang mereka cari merupakan warisan Reya dari sang paman. Mereka merebutnya dari Reya secara paksa. Dan berakhir membuat Reya membenci mereka karena itu adalah satu-satunya peninggalan si Paman terhadapnya.

Untung saja Reya anak pintar, sebelum dia berencana kabur dari rumah dia telah mengendap-endap untuk mencuri surat-surat itu. Dan ya, itu berakhir dia pergi ke dunia Roze.

Setelah sekian lama mencari, Rey dan Rose langsung pucat. Mereka sudah menduga bahwa Reya yang menghilangkannya.

"Sialan! Dasar anak itu!" maki Rey.

Di dunia lain.

Reya bersin. Ayena yang mendengarnya langsung berkata.

"Semoga diberkati," ucap Ayena.

Daripada Ayena yang langsung berdoa, Eya malah menertawakan Reya.

"Sepertinya ada orang yang benci padamu lalu memakimu Reya!" ucap Eya dengan semangat. Lalu insan itu tertawa terbahak-bahak. Reya menatap tajam Eya. Sementara Emerlad denga refleks memukul bahunya.

"Jangan berkata hal seperti itu. Mungkin saja suhu di sini terlalu dingin untuk Reya." Eya tersenyum dua jari. Dia menggunakan kedua tangannya untuk memperagakan ucapan maaf.

"Maaf, ya?" tanya Eya dengan manja. Reya mengangguk. Dirinya tahu bahwa Eya hanya bercanda.

Mereka akhirnya sampai di bangunan yang ditunjukkan pemimpin sekolah Syen pada mereka. Terlihat banyak orang ada di sini, terlebih lagi murid-murid seperti mereka.

"Mungkin, kita harus menunggu," ucap Emerlad. Eya dan Ayena mengangguk membenarkan sementara Reya hanya diam saja. Sekitar sepuluh menit mereka mengantri sudah waktunya giliran mereka.

"Individu atau kelompok?" tanya Penjaga tersebut.

Eya mendorong Reya maju untuk menjawab. Kenapa? Penjaga yang berperan sebagai tempat pendaftaran itu terlihat sangat ganas. Eya, Ayena, dan Emerlad sudah takut duluan terhadapnya bahkan sebelum mendaftar.

Jadi, mau tak mau, Reya harus maju dengan gentle. Untung saja Reya adalah orang yang sudah sering ketemu dengan orang-orang berperawakan atau berwajah seperti penjga ini, jadi dia tak terlalu keberatan saat didorong maju.

"Kelompok."

"Nama Kelompok?"

"Arel."

"Anggota?"

"Empat."

"Nama dan umur anggota?" tanya Penjaga itu lagi.

"Emerlad Dosiko, 18. Ayena Dosiko, 17. Eyano Syen, 16. Reya Alika, 15." Sekarang yang menjawab adalah Eya. KArena tadi tanpa babibu Eya didorong oleh Reya.

Terus terang,, Reya tak mengingat umur kelompoknya sendiri, jadi dia menyuruh Eya menjawab. Kali ini Eya agak sedikit gugup. Tetapi mengingat bahwa hanya wajah penjaga itu yang sedikit menakutkan, penjaga itu tak berbuat hal lain, jadi santai.

"Elemen apa saja yang dimiliki kelompokmu?" tanya Penjaga itu.

"Seluruh elemen," jawab Eya.

Penjaga itu langsuung entap wajah tim itu, karena sedari tadi selain menanyakan pertanyaan dia tak megalihkan pandangannya dari arah surat dokumentasi tersebut. Dia sudah menduga, pasti kelompok ini salah satunya atau mungkin sebagiannya memiliki dua elemen. Ya, kelompok yang cukup sempurna.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now