[✔] BAB 14

5.1K 671 7
                                    

Ayena, Emerald, dan Eya bangun pagi ini. Reya merawat mereka dengan sangat teliti dan terus menyanggupi permintaan mereka hingga dirinya yang tak pernah lelah baru kali ini merasa kelelahan.

Contohnya, saat ini, dia baru saja kembali dari jam praktiknya. Ketiga gadis itu langsung membuat permintaan yang begitu banyak.

Awalnya sih dia ikhlas bergerak ke sana ke mari, tetapi lama kelamaan dia juga jengkel.

"Reya! Aku ingin pizza!"

Reya akan langsung berteleportasi ke kantin untuk membeli makanan yang diinginkan Emerald.

"Reya, aku ingin ke kamar mandi, bisa tolong aku?"

Segera setelah mengantar makanan Emerald, Reya membantu Ayena mengantarnya ke kamar mandi.

"Reya, bisakah kamu membawa buku-buku sihir yang baru? Aku telah menyelesaikan bacaan ketiga buku itu, aku bosan!"

Reya segera membantu Ayena menidurkan tubuhnya dan langsung ke perpustakaan dengan teleportasi. Dia akan mengambil buku Eya.

Reya tak memperhatikan bahwa di dekatnya ada pria yang ingin mengambil buku juga tetapi tiba-tiba merasakan sakit di organnya yang membuat dirinya mundur beberapa langkah.

Pemuda itu kebingungan. "Apa yang terjadi?" gumamnya.

Pemuda itu mencoba mendekat dalam luang linkup tiga meter milik Reya lagi. Tetapi lagi-lagi dia terasa sakit. "Apa aku mempunyai penyakit yang tersembunyi? Aku harus mencari dokter."

Pemuda itu langsung bergegas pergi terburu-buru. Reya menatap sekilas pemuda itu karena dia sedikit membuat keributan di telinganya.

Reya langsung kembali ke asrama mereka. Dia langsung menuju ranjang Eya. "Ini."

"Terima kasih, Reya!" Eya langsung tenggelam dalam membaca buku ketika dia membuka buku tersebut.

Emerald menatap Reya yang terlihat kelelahan. Bagaimana tidak, Reya bahkan tidak beristirahat sekalipun atau menolak sekalipun saat mereka meminta tolong untuk sesuatu.

Dia hanya fokus merawat, juga memenuhi permintaan mereka. Dia bahkan tak bertanya pada mereka bagaimana mereka bisa dalam keadaan seperti ini.

"Reya... kau tak bertanya apa yang terjadi dengan kami?" cicit Emerald. Reya menyenderkan dirinya di sofa.

"Aku akan bertanya setelah kalian sembuh."

"Oh ...."

Emerald menatap Reya yang saat ini sedang bernapas dalam-dalam. See, dia benar-benar kelelahan.

"Kau kelelahan...." Itu bukan pertanyaan, tetapi pernyataan.

"Hm."

Reya pergi ke kursi single dan bermeditasi, dia bertekad untuk menjadi lebih kuat, sangat kuat hingga dia bisa melindungi orang yang ingin dia lindungi.

***

Di suatu tempat.

Kumpulan iblis gila meracau kemana-mana. Di atas, terdapat sesosok makhluk yang derajatnya sangat tinggi. Dia adalah sang Raja Iblis.

Dibelakangnya telah terdapat Menteri Iblis serta Peramal Iblis.

"Bagaimana?" tanya Menteri Iblis.

"Dia sudah ada di sini." Peramal Iblis memiliki warna mata merah yang berdarah. Itu sangat kelam dan mengerikan ketika dia melaporkan hal tersebut.

Raja Iblis menggenggam kuat batu ditangannya, hingga batu tersebut hancur menjadi abu.

"Banyak sekali nyawanya! Ah! Aku bisa gila!" Raungan marah terdengar dari mulut Raja Iblis.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now