[✔] BAB 19

4.9K 626 36
                                    

Saat ini, Kepala Akademi Syen beserta murid-murid Akademi berada di asrama milik mereka sendiri. Asrama tersebut berbentuk dua rumah yang menyatu. Di sebelah kanan merupakan tempat tinggal para anak laki-laki, dan di sebelah kiri adalah anak perempuan.

Tak lama kemudian setelah mereka membereskan hal yang perlu dibereskan, Reya, Ayena, Rexanne serta orang-orang yang mengikuti mereka bertiga untuk membersihkan noda yang menghalangi mereka tadi sudah kembali.

"Bagaimana?" tanya Moro.

"Lemah." Rexanne menghina mereka saat sudah duduk di sofa lembut yang telah disediakan.

Eya yang cemberut juga ikut duduk. "Mereka mengatakan bahwa mereka adalah murid kelas tiga! Tetapi kekuatan mereka hanya setara dengan anak tingkat satu! Sebenarnya seburuk apa akademi lain?"

Eya menyenderkan kepalanya di sofa. Kakinya dia hentak-hentakkan dengan kesal. "Huhu, tidak menyenangkan! Apakah seluruh murid yang berlomba seperti itu?"

Eya mulai berpikir dengan tak wajar. "Ah, jika benar, bagaimana ini? Bukankah pertandingan ini tak akan menyenangkan?"

Ketika berpikir itu tentu saja Eve langsung lemas tak terkira. Dia mengharap lebih pada pertandingan kali ini.

Ayena yang baru saja masuk kembali karena tadi tertahan diluar untuk sesuatu mencoba menghibut Eya.

"Hey, Eya. Mereka bahkan tidak termasuk ke dalam peringkat Akademi tiga besar. Mungkin kita akan mendapat hiburan saat melawan tiga akademi teratas."

Eya langsung terduduk dari senderan lemasnya. "Benarkah?" Ayena mengangguk.

Eya langsung menyatukan tangannya. "Dewa! Semoga murid dari akademi tiga teratas itu bisa membuat pertandingan ini menyenangkan!"

Jika orang-orang diluar sana tahu doa Eya, bagaimana kah reaksi mereka?

***

Pagi hari telah tiba. Kini, Kepala Akademi Syen beserta yang lainnya berjalan menuju aula pertandingan.

Lagi dan lagi, tak pernah ada yang ingin akademi mereka tenang. Jika semalam adalah anak-anak, kini para master akademi pun turun tangan menganggu mereka.

"Syen!" Kepala Akademi Syen mengerutkan keningnya ketika dipanggil tanpa gelar kehornatannya.

Dia menatap tajam pada orang yang memanggilnya seperti itu. Tetapi tatapannya langsung berubah mengejek begitu dia melihat siapa yang memanggilnya.

"Yo? Johnson?" Syen tersenyum miring.

"Mengapa keadaan muridmu seperti itu? Kau memukulnya?" tanya Syen pura-pura tak percaya. Murid Cyan Academy ternganga.

'Apakah ini benar-benar kepala akademi mereka?'

"Johnson, pertandingannya belum dimulai dan kau sudah menghukum anak-anakmu. Awas jika mereka keluar dari akademimu, entah bagaimana nasibmu nanti." Syen tersenyum miring.

Pria paruh baya yang dipanggil 'Johnson' oleh Kepala Akademu Syen itu berteriak dengan marah.

"Tak tahu malu! Apakah kau tak tahu jika murid dari akademimu yang berbuat seperti ini kepada murid-muridku, hah?!" bentaknya marah.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now