[✔] BAB 02

8.5K 947 18
                                    

Kini Reya berada di rumahnya. Saat ia memasuki rumah, dirinya melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa panjang rumah.

Reya melihat penyambutan mereka yang 'ramah' dan tersenyum tipis. Dia lebih mengembangkan senyumnya saat melihat mereka berdua menatapnya dengan tajam.

"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu? Diare? Kesambet? Kerasukan?" tanya Reya. Dia dengan senyum remeh duduk di sofa single.

"Dasar anak nakal! Mengapa kau tidak mengumpulkan kertasnya!" ucap seorang Pria. Ia tak lain adalah sang Ayah, Rey.

"Bisa diam? Itu bukan urusanmu 'kan?" ucap Reya dengan santai.

"Dasar anak gak tahu diri! Bagaimana perilakumu selama ini, aku jadi malu! Jika saja aku tak memungutmu di tengah jalan, kau tidak akan pernah hidup seenak ini!" teriak Rey.

"Wow, Pak Tua... kau terus terang sekali hari ini. Ada apa? Kau ingin mengusirku, ha? Jangan lupa, selama ini hanya paman yang mengurusku, dan bukan kalian. Kalian tidak pernah ambil andil dalam mengurusku."

"Tak perlu sebaik apapun kau, harta pamanku tetap tidak akan bersamamu, mengerti?" ucap Reya. Dia tersenyum miring ketika melihat mereka menjadi semakin marah.

"Kau!" Seorang Wanita di samping Rey membentak Reya, dia adalah sang istri, Rosa.

"Ada apa? Tak tahan akan kenyataan, heh? Aku mengakuinya bahwa kalian berdua mengangkatku. Tapi... bukankah itu karena aku menarik di mata Paman? Karena Paman selalu single kau menawarkan bantuan untuk mengadopsiku, dan ingin mengambil keuntungan."

"Kau berpikir, ketika aku besar, bukankah harta Paman yang sakit-sakitan akan jatuh kepada kalian? Sayangnya, oh sungguh sayang~ aku bukan manusia bodoh seperti itu, ya 'kan A...yah?" Reya tertawa setelah mengucapkan hal itu.

Plak!

Tamparan mendarat di pipi tercinta Reya. Yang menamparnya adalah Rosa, tentu saja bukan Reya namanya kalau tinggal diam, dia kembali menampar Rosa.

"Aw, make up milikmu tebal sekali! Tanganku sakit jadinya!" keluh Reya. Dia langsung terkekeh setelah itu.

"Tindakanmu!" ucap Rey marah.

"Apa? Kau marah? Kau marah melihat aku menampar istrimu? Hm? Kau bisa usir aku sekarang! Jauhkan aku dari hidupmu!" ucap Reya.

"Dasar anak kurang ajar! Pergi dari rumah ini, kau tidak akan diterima lagi! Pergi!" ucap Rey dengan tajam.

"Bagus! Aku pergi," ucap Reya dengan senyum smirk-nya.

***

Reya berkendara sepanjang malam, pada saat ini baterai handphonenya telah habis, ia tidak membawa apa-apa kecuali kertas, ya kertas.

Mengingat itu Reya tersenyum miring. Kertas itu adalah sumber dari segalanya, harta Pamannya. Mereka lupa, bahwa harta tersebut masih ada di tangan Reya dan mengusirnya.

"Bodoh," rutuknya. Bisa-bisanya dirinya tersesat dan melupakan arah pulang, dan malah nyasar di tengah-tengah hutan.

"Ck, ini menyebalkan," ucap Reya. Dia mengambil aset keluarganya, tetapi sebagai akibatnya dirinya tersesat di hutan belantara ini.

Ia menghentikan motornya, hutannya cukup seram, sayangnya Reya tidak merasakan apa-apa saat melihatnya. Ia lalu memanjat dan bersender di dekat batang pohon besar, dan menatap bulan di atas langit. "Indah...."

"Seperti aku?" narsisnya. Lalu dirinya terkekeh kecil, hanya di saat sendirian ia baru bisa menjadi orang yang humoris. Dia tak pernah menunjukkan senyuman miliknya sejak Pamannya meninggalkan dirinya sendirian di dunia kejam ini.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now