[✔] BAB 31

4.3K 551 35
                                    

"Oh? Jadi begini caranya Putri Kerajaan Utara menyambut seorang tamu?" tanya Reya dengan mata tajam. Jangan heran ... diantara Reya dan Leila memang hanya ada pertengkaran tanpa akhir.

"Ah? Jangan bilang seperti itu. Itu penyambutan khusus untukmu, Nona." Leila tersenyum miring.

"Sungguh ... apakah tata kramamu tak pernah berubah? Bukankah ... kedua orang tuamu akan malu? Oh ... rasanya aku khawatir dengan mereka karena mempunyai anak sepertimu ...."

Leila melototkan matanya. Lalu berdecih. "Aku adalah anak jenius mereka, tidak mungkin untuk malu!"

'Reya, ayo bertarung!" ajaknya. Leila berpikir bahwa Reya akan menurutinya seperti biasa, hanya saja kali ini dia melihat Reya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?!" tanyanya histeris. Dia sudah senang dengan kedatangan Reya dan bahkan bersemangat untuk memintanya bertarung! Mengapa Reya tak ingin?

"Aku sibuk, kunjunganku di sini ada tujuan dan mungkin harus merepotkanmu." Reya tersenyum miring. Leila mengerutkan keningnya dan mendesah dengan kecewa.

"Masalah itu sangat penting sehingga kau menggabaikan bahkan menolak pertarungan kita?" tanya Leila dengan cemberut. Dengan terus terang Reya mengangguk.

"Jadi kau bukan datang untuk menemukanku?" tanyanya dengan nada kecewa. Reya sedikit aneh dengan lawannya satu ini. Kenapa nadanya seakan-akan kecewa bahwa kekasihnya bukan untuk menemuinya melainkan istri kedua?

Tetapi, Reya tak perduli. Dia menjawab dengan kejam. "Eun. kau bahkan menundanya."

Leila tercengang. "Aku menganggumu?!"

Reya mengangguk kembali. "Itu kenyataannya."

Leila cemberut. Dia pergi dengan marah, tetapi sebelum benar-benar pergi dia berbalik. "Kau harus mengajakku bertarung jika sudah siap dengan urusanmu! Jika tidak aku akan mencarimu keujung duniia sekali pun! Dan membawamu bertarung!"

Reya menghela napasnya kasar. Tiba-tiba dia merasa kedinginan dibalik punggungnya. Dirinya menegang. Ah ... dia mengabaikan makhluk di belakangnya ini sedari tadi. Menurut ingatannya tentang kakek tua itu dia pencemburu berat! Tidak ada jenis kelamin di matanya!

Asalkan orang itu bukan orang tua kandungnya, dia akan cemburu! Berpura-pura tidak tahu Reya berkata. "Aku akan mulai melacak lagi." Reya langsung berpura-pura menutup matanya. Disaat dia merasa bahwa udara dingin itu menghilang, digantikan oleh helaan napas pelan dia langsung fokus.

"Ah, baiklah. Itu ada disebuah lautan beku." Reya berkata saat dia masih melihat dari lacakannya.

"Lautan beku?" Reya mengangguk.

"Hanya ada Lautan Yu." Reya mengangguk.

"Baiklah, ayo ke sana?" tanya Reya. Aeron mengangguk. Segera, mereka terbang melintasi Kerajaan Utara dengan cepat.

Beberapa saat kemudian, Reya dan Aeron berhenti di sebuah Lautan. Reya mengerurkan dahinya.

"Kau yakin ini Lautan Yu?" tanya Reya. Aeron mengangguk.

"Tidak ada lokasi yang tidak aku ketahui di dunia ini." Arti dari kalimatnya. Dia tidak mungkin salah. Ini adalah Lautan Yu!

"Tapi ... es-es beku ini pecah." Inilah sumber keraguan Reya. Dia yakin dalam gambarannya Lautan Beku ini, Es yang menyelimutinya tidak terpecah belah seperti ini.

"Coba lacak lagi," saran Aeron.

Reya mengerutkan keningnya. Dia merasa aneh, jadi dia setuju untuk melacak lagi.

"Ini aneh," kata Reya.

"Ada apa?" tanya Aeron.

"Dalam pengeliatanku sekarang. Dia berada di tempat yang penuh pohon ... itu pohon yang dilapisi salju." Reya langsung membuka matanya karena sudah sampai situ saja dia melihat.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now