[✔] BAB 23

4.8K 622 6
                                    

Setelah melewati beberapa putaran pertandingan, akhirnya mereka di sini.

Para murid Cyan Academy turun dari stadiun dan berhadapan dengan Krystal Academy. Ya, lawan mereka adalah Krystal Academy. Jika mereka menang. Mereka akan mendapatkan juara satu jika tidak, maka mereka harus terima dengan piala juara dua.

Namun, tentu saja itu tidak mungkin! Karena apa? Tentu saja, karena mereka percaya diri akan sebutan 'jenius' mereka!

"Dia di sini." Sifa tersenyum miring saat dia melihat Sety. Sebelumnya dia hanya bisa melihat pertarungannya. Dia akui, Sety memanglah orang yang pantas untuk berada di academy mereka.

Sungguh disayangkan ketika dia keluar begitu saja. Perkembangannya dapat dilihat, dan menurut Sifa itu terlalu lambat!

"Siapa?" tanya Hoshino. Fakta, bahwa Sety keluar dan Hoshino belum masuk. Bahkan ketika dia masuk, temannya hanya Moro dan Rexanne yang kaku. Meski dia tahu ada murid yang dengan bodohnya keluar dari Cyan Academy. Dia tak tahu orangnya yang mana.

"Sety, murid bodoh itu." Sifa menunjuk Sety. Hoshino melirik Sety.

"Sangat disayangkan." Setelah melihat beberapa saat, Hoshino mengucapkan kata itu.

"Apa yang perlu disayangkan?" Sifa merengut ketika mendengar kata-kata Hoshino.

"Ya, sangat disayangkan ketika kecantikannya ditutupi dengan kebodohannya." Sifa merengut. Dia mengakui hal itu.

Sementara mereka berdua lanjut bergosip terus menerus. Reya, Moro dan Rexanne telah mempersiapkan kekuatan mereka. Alhasil, Hoshino dan Sifa merasa terkejut ketika mendengar pertandingan akan dimulai.

Mereka belum menyiapkan kekuatan mereka. Pada akhirnya, mereka langsung terkena pukul dari murid Krystal Academy. Reya, Moro, dan Rexanne yang menahan dengan sihir mereka hanya menggelengkan kepala mereka.

'Dasar ceroboh!' Masing-masing kepala mereka berpikir seperti itu. Kebetulan, sesuai jumlah Cyan Academy. Krystal Academy juga punya tim dengan 3 laki-laki dan 2 perempuan.

Padahal pukulan itu tak seberapa hingga mereka terjatuh. Hanya saja, dalam keadaan terkejut membuat pertahanan tubuh mereka menurun.

Keduanya berdecak saat mengetahui kesalahan mereka. Ketika kedua lawan mereka ingin memberi pukulan lagi, mereka sudah bisa menahannya.

Sifa melihat wajah lawannya, itu tak lain adalah Sety. Sifa mengertakkan giginya. Pantas saja dia merasa pukulan ini penuh dendam. Ternyata orang yang memukulnya adalah gadis menyedihkan ini!

Sifa membalas pukulan Sety dengan mudah, dan kembali memukulnya. Dia tidak menahan kekuatannya hingga membuat Sety terbang ke pelindung yang dibuat dan terbentur lalu batuk darah.

"Ah ...." Sifa mengintip ke arah stadiun. Dia menyengir saat melihat tatapan Kepala Akademi Syen yang mengarah padanya.

Dia mengucapkan kata 'maaf' tanpa bersuara dan menyatukan tangannya. Kenapa? Memang, Syen berniat untuk mengambil juara. Tetapi, ketika Syen melihat bahwa perhatian murid lain sudah keterlaluan.

Kepala Akademi Syen akhirnya mengatakan. 'Kalian menangkan ini, dan jika bisa, jangan terlalu menonjolkan kekuatan kalian. Singkatnya, berpura-pura lah di level yang setara dengan mereka!'

Singkatnya, Sifa membuat kesalahan mendadak karena perasaan marahnya tadi, makanya dia langsung melihat ke sana dan meminta maaf.

Kepala Akademi Syen melihat gerakan muridnya meski sangat jauh. Dia menggerakkan tangannya tanda bahwa dia mengampuninya. Sifa menghela napasnya saat melihat tanda itu.

Dan sekarang, dia melihat ke Sety yang sudah bangkit dan amarah yang memenuhi amarahnya. Sety lari ke dirinya, dan mereka beradu kembali!

"Oh, hai, Sety." Sifa tersenyum mengejek.

Another World: RozèWhere stories live. Discover now