[✔] BAB 21

4.8K 667 15
                                    

Hari ini, Lowest Academy diberikan perhatian lebih oleh seluruh murid-murid dari akademi lain. Setelah kejadian kemarin, di mana Lowest Academy memenangkan babak pertama dan juga babak kedua, membuat seluruh murid tercengang. 

Pemikiran tentang, 'Bagaimana mungkin?' selalu melintas di kepala mereka dan terus hinggap. Hari ini pertandingan semifinal dimulai, di mana tiga belas akademi akan merebut status lima peringkat pertama untuk masuk ke babak final.

Banyak yang tidak menyangka bahwa diantara ketiga belas akademi itu, bahwa Lowest akademi akan masuk ke dalamnya, tidak hanya satu tingkat, ketiga tingkat dari yang pertama hingga ketiga, semua murid akademi masuk ke dalam babak semifinal!

Ini membuat Krystal Academy, sebagai akademi puncak menjadi memperhatikan perubahan tak biasa dari Lowest Academy. Panitia mereka bahkan telah memberi tahukan hal ini pada tetua resmi.

Dan di sini lah mereka, kelima belas orang murid akademi yang hari ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang! Kepala Akademi Syen melihat satu-satu wajah muridnya, termasuk sang anak, Reya. 

Syen menajamkan matanya, ada yang berbeda dari wajah Reya hari ini. Kantung matanya lebih besar sedikit dari biasanya, apakah anaknya terkena penyakit gugup? Tidak mungkin, karena Reya adalah pemilik peforma yang paling baik sejauh ini.

Kepala Akademi Syen berjalan mendekat. "Reya, ada apa denganmu?" tanya Kepala Akademi Syen.

Reya melihat ke arah ayah angkatnya itu. Dia menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, hanya saja belakangan ini aku sering bermimpi buruk."

"Itu tidaklah menyenangkan. Apakah kamu memikirkan sesuatu belakangan ini secara berlebihan?" Reya mengangguk kata dia memang memikirkannya.

"Ah ... aku memikirkan masalah akademi." Syen tersenyum, dia tanpa sadar ingin mengelus rambut Reya, tetapi tangannya tersengat sesuatu.

Akibat hal itu, Syen menjadi kaku. Hingga tangannya tanpa sadar ia biarkan melayang dan membuat Reya menatapnya aneh. "Ada apa Ayah?" tanyanya.

Kepala Akademi Syen tersadar. "Oh ... tidak ada apa-apa." Syen dengan cepat menarik tangannya kembali. Dia berbalik, tatapan hangat yang dia tunjukkan ke Reya tadi langsung berubah menjadi dingin, tidak ada yang tahu saat ini bahwa Kepala Akademi mereka, yang mereka banggakan ketenangannya itu sedang mengumpat kesal karena perbuatan seseorang.

Waktu berlalu dengan cepat. Kepala Akademi Syen melihat jam pasir yang hampir habis. "Anak-anak, ini sudah waktunya giliran kita. Jangan lengah walaupun mereka lebih lemah dari kita. Mengerti?" 

Kelima belas orang itu mengangguk. "Baik, Kepala!"

Mereka berpencar masing-masing ketiga arah untuk babak semifinal orang-orang selain peserta dilarang untuk masuk dan menonton, jadi mereka hanya bisa menunggu kabar teman mereka saja.

"Baiklah! Pertandingan selanjutnya! Mari kita sambut ... Lowest Academy!"

Semua peserta berbisik. Lowest Academy merupakan orang yang paling akhir untuk tampil di semi final, tetapi dari awal hingga giliran mereka, mereka tak terlihat di kursi bangku penonton.

Para murid dari akademi lain mengumpati murid akademi terendah karena terlihat sangat sombong perihal bisa masuk ke dalam semi final. Tentu saja, para murid akademi itu merasa bahwa Lowest Academy terlalu sombong hingga tidak meneliti kekuatan lawannya, padahal di beri kesempatan.

Reya dan keempat kakak tingkatnya sudah memasang posisi. Tidak ada yang berbeda dari semalam hingga saat ini mereka menggunakan posisi yang sama.

"Lalu, kita panggilkan, Enemy Academy!" Setelah panggilan tersebut, lima orang berasal dari stadium terbang ke tengah aula. 

"Oke, mari kita mulai pertandingannya!" Sorakan penonton ber-gema. Mereka ingin melihat, benarkah kekuatan Lowest Academy benar-benar berubah. Itu pikiran semua orang, termasuk yang menonton pertandingan mereka kemarin. Mereka bukannya tak percaya hanya saja mereka belum bisa menerima bahwa kekuatan murid terlemah tiba-tiba setara atau bahkan ... lebih tinggi dari mereka!

"Dimulai dalam tiga ... dua ... satu!"

Segera sepuluh orang yang berada di atas aula bergerak dengan cepat! Ah, tidak, minus Reya, dia tidak benar-benar bergerak. Bahkan lawannya saat ini dihalau oleh Moro. Dia hanya berjalan dengan perlahan, mengamati dan mengamati.

Penonton stadium tercengang, dalam pikiran mereka, apakah murid dari Enemy Academy tidak ada yang memperhatikan Reya yang sedang berjalan santai itu? Tentu saja, jawabannya adalah tidak. Mereka benar-benar tidak merasa bahwa mereka kehilangan salah satu lawan.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kelima murid Lowest Academy itu tersenyum miring. Tak ada dari salah satu murid Enemy Academy yang sadar bahwa Lowest Academy memakai ilusi, siapa yang memakainya? Itu adalah adik kelas jenius mereka, Reya.

Perlahan tapi pasti, dua lawan yang bertarung dengan Moro perlahan-lahan terlepas dan bertarung sendiri, kini seperti Reya, Moro berjalan dengan santai menatap orang lain. "Ck, rencana Rexanne memang kejam."

Apa isi rencana Rexanne yang sebenarnya? Tidak banyak Rexanne hanya berencana untuk santai dan tak terlalu mengeluarkan tenaga untuk pertandingan semi final kecil ini. Jadi, dirinya melempar gulungan berisi mantra ilusi yang akan digunakan Reya. 

Akhirnya, itulah yang terjadi. Awalnya tidak ada yang benar-benar menyangka bahwa Rexanne akan serius menyuruh Reya mempelajari sihir dalam semalam. Reya bahkan lebih menakjubkan dan menghapal mantra itu dalam semalam.

Dan ini benar-benar pertama kalinya dia memakainya. Mungkin masih ada sedikit celah, tetapi untuk anak-anak yang kekuatannya di bawah mereka, itu lebih dari cukup.

Setelah Moro, Rexanne dan Sifa menyusul mereka juga berjalan santai sesekali tersenyum miring. Hanya saja ... nasib Hoshino tak sebagus itu. Dikarenakan tak ada pasangan lawan lagi, Hoshino dikorbankan untuk tetap bergerak oleh teman-teman buruknya itu.

Awalnya Hoshino tak terima, tetapi di bawah tatapan Reya, dia merasa jika dia menolak permintaan teman-temannya, dia akan terasa sangat tak gentleman atau dengan bahasa sehari-harinya, tidak tegas.

Namun pada akhirnya, saat melihat teman-temannya sudah beristirahat dan hanya memainkan peran tersenyum untuknya, dia menjadi marah, dan melawan lawannya dengan segenap tenaga.

Itu membuat lawannya terbang hingga menabrak dinding pelindung yang di pasang oleh tetua Krystal Academy. Lawannya terbatuk darah, dan akhirnya pingsan. Bersamaan dengan kejadian tersebut, keempat yang lainnya juga tumbang karena kurang stamina, dan akhirnya baru sadar mereka terjebak ilusi dan menatap horor anak-anak Lowest Academy.

Bukannya sihir seperti ilusi itu tak diperbolehkan. Hanya saja mantra ilusi itu bermacam-macam, dan setiap macamnya sangat langka, mengetahui bahwa akademi terendah punya mantra tersebut membuat mereka berempat keringat dingin.

Tidak hanya mereka, bahkan penonton di stadium juga, mereka memiliki firasat, bahwa mungkin nantinya akan ada pertarungan besar di final, mereka tak sepenuhnya tahu siapa saja pemeran utamanya nanti, hanya saja mereka tahu, salah satunya pasti akademi yang telah mereka remehkan ini, Lowest Academy!

Another World: RozèWhere stories live. Discover now