Selamat membaca, ya❤️❤️❤️
***
Setelah menyelesaikan hukumannya, Javas berteduh di bawah pohon dengan meluruskan kedua kakinya. Keringatnya bercucuran sampai bajunya terasa sedikit basah. Javas melirik ke kanan dan kiri. Ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Ghesya. Cewek itu tadi izin untuk membeli minuman di kantin. Tapi, sampai sekarang belum juga kembali.
Javas menetralkan napasnya yang memburu. Di dekat ring basket, seorang perempuan berjalan menuju ke arahnya. Itu Ghesya. Mungkin, cewek itu tadi bertemu temannya dulu. Pikir Javas.
"Hai," sapa Ghesya. Ia ikut duduk di samping Javas.
"Kok lama?" tanya Javas curiga.
Ghesya menggeleng sebagai jawaban. "Ini minumnya, ya,"
Javas menerima air mineral itu dengan senang. "Makasih. Kamu nggak beli juga?"
"Udah aku minum tadi, Jav. Oh iya, kamu mau masuk kelas?" tanya Ghesya mengalihkan pembicaraan.
"Belum," Javas menutup air mineral itu lalu meletakkannya di samping. Cowok itu menatap Ghesya dari atas sampai bawah. Seperti ada yang mencurigakan. Tapi apa? Javas penasaran.
"Kamu kenapa?" tanya Javas lembut. "Bilang gih. Aku nggak selalu bisa tebak apa yang kamu pikirin,"
"Aku cuma belum ngerjain tugas fisika," jawab Ghesya lagi.
"Tugas doang?" Javas tersenyum manis. '"Mau masuk kelas sekarang?"
"Boleh deh,"
Keduanya berdiri. Javas sudah selesai dalam hukumannya. Meskipun lelah karena harus berlari dua kali lipat, tapi Javas senang. Ia bisa memberikan kebaikan untuk Ghesya. Setidaknya, ia tidak menyakiti Ghesya dengan berpanas-panasan di bawah terik matahari. Javas mengikuti langkah Ghesya dari belakang. Menjaga cewek itu agar tidak lagi terluka. Sudah cukup banyak luka yang Javas berikan, ia tidak ingin menggoreskannya lagi.
"Javas," Ghesya menghentikan langkahnya. "Kenapa jalannya di belakang aku?"
"Jagain kamu biar nggak pingsan," ujar Javas.
"Pingsan?"
"Biasanya cewek-cewek bakalan pingsan karena nggak kuat lihat kegantengan aku," ujar Javas terkekeh. Cowok itu berpindah ke samping Ghesya.
"Emang berapa cewek yang begitu?" tanya Ghesya.
Javas berpikir sebentar. "Nggak terhitung,"
"Kamu jujur deh. Kamu playboy, 'kan?" tanya Ghesya iseng.
"Playboy darimananya, Sya. Muka aku emang kelihatan suka mainin cewek gitu?" ujar Javas tak terima.
"Bisa aja, 'kan?"
"Aku setia. Setianya sama kamu malah," ujar Javas membanggakan dirinya sendiri.
"Maling ngaku penjara penuh," ujar Ghesya. Mereka sudah sampai di depan kelas Ghesya.
"Masuk sana. Nanti aku yang maling hati kamu," ujar Javas membuat Ghesya malu. Namun, beberapa menit kemudian bel berbunyi menandakan jam istirahat. Javas menganjurkan Ghesya untuk masuk kelas agar bisa menyelesaikan tugas yang Ghesya katakan tadi.
YOU ARE READING
GHEVAS
Teen Fiction[ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕖𝕥𝕖𝕕] [𝓟𝓾𝓫𝓵𝓲𝓼𝓱𝓮𝓭: 30 𝓐𝓹𝓻𝓲𝓵 2020] -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - "𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢𝘮," ••• Kamu cari cerita tentang badboy yang bertemu goodgirl...